In-depth

Sejarah Football's Coming Home, Inggris Juara Piala Dunia Berkat 'Hantu'

Jumat, 30 Juli 2021 08:05 WIB
Editor: Indra Citra Sena
© The FA
Kapten Inggris, Bobby Moore, mencium trofi Piala Dunia usai mengalahkan Jerman Barat di final, 30 Juli 1966. Copyright: © The FA
Kapten Inggris, Bobby Moore, mencium trofi Piala Dunia usai mengalahkan Jerman Barat di final, 30 Juli 1966.

INDOSPORT.COM - Tak ada pertandingan sepak bola yang paling berkesan serta menggairahkan bagi Inggris selain final Piala Dunia 1966. Laga melawan Jerman Barat melahirkan puncak kejayaan Negeri Ratu Elisabeth sepanjang sejarah.

Inggris yang berada di bawah kendali pelatih Alf Ramsey tampil luar biasa. Disaksikan ratusan ribu pasang mata di Stadion Wembley, The Three Lions menaklukkan Jerman Barat dengan skor meyakinkan 4-2.  

Kemenangan diraih melalui babak ekstra setelah kedua negara bermain imbang 2-2 selama 90 menit. Hasil ini ibarat merumahkan sepak bola mengingat penduduk Inggris selalu mengklaim bahwa sepak bola modern merupakan hasil kebudayaan mereka (Football's Coming Home).

Bisa dimaklumi bila euforia Inggris meledak ketika itu. Hampir seluruh penonton yang hadir merupakan warga setempat, sehingga lantunan Rule Britania, sebuah lagu tentang kekuasaan Inggris atas dunia, menggema di Stadion Wembley, 30 Juli 1966. 

Skuat Inggris merasa seperti pahlawan yang baru saja mempersembahkan kemenangan di medan perang. Terlebih, perjuangan mereka disaksikan secara langsung oleh Ratu Elisabeth II.

Inggris pantas berbangga, meski ada segelintir orang yang masih tak terima dan menyebut The Three Lions kemenangan itu berbau kontroversi, terutama pendukung fanatik Jerman Barat. 

Sebagai final, laga Inggris kontra Jerman Barat memang berjalan sengit. Atmosfer panas meliputi Wembley karena kedua Negara sama-sama mengusung bintang-bintang papan atas Eropa semacam Bobby Moore, Bobby Charlton (Inggris), Franz Beckenbauer dan Uwe Seeler (Jerman Barat).

Saling menekan langsung terjadi begitu pertandingan dimulai. Jerman Barat sedikit lebih tajam dan mampu menggetarkan gawang Inggris pada menit ke-12 melalui sepakan kaki kanan Helmut Haller.

Kebobolan, Inggris balik menekan Jerman Barat. Bobby Chalton boleh saja mendapat pengawalan ketat dari barisan pertahanan Tim Panser, tapi kubu tuan rumah masih punya Geoff Hurst di lini depan.

Striker yang tadinya kurang diperhitungkan ini justru bermain luar biasa. Hurst berandil menyamakan kedudukan pada menit ke-18. Dia membangkitkan semangat rekan setim sehingga Inggris dapat berbalik unggul pada menit ke-78 berkat aksi Martin Peters.

Kemenangan sudah di depan mata, tapi Jerman Barat pantang menyerah. Mengandalkan gaya bermain staying power yang tersohor, Tim Panser akhirnya sukses membuat skor kembali imbang lewat sodoran Wolfgang Weber memanfaatkan kemelut di muka gawang Inggris.

Ketegangan lagi-lagi memuncak lantaran pertandingan harus berlanjut ke babak ekstra. Pemain kedua kubu terlihat kelelahan dan mengalami tegang otot sampai meminta fisioterapis masing-masing memijat kaki mereka.

Babak ekstra bergulir. Baik Inggris maupun Jerman Barat tampak menurunkan tempo yang mengindikasikan mereka ingin mencari pemenang pertandingan melalui adu penalti.

Di sinilah Geoff Hurst muncul sebagai pahlawan bangsa Inggris. Dia ogah membuang-buang waktu meskipun sekujur tubuhnya sudah sangat kelelahan. Semangat yang berkobar bak api ini rupanya membuahkan hasil pada menit ke-101.

Hurst berakselerasi memasuki kotak penalti Jerman Barat lalu melepaskan sepakan keras. Bola melewati kiper Hans Tilkowski, membentur mistar, memantul ke tanah, kemudian bergulir lagi ke lapangan.

Momen ini lantas menjadi salah satu kontroversi terbesar dalam sejarah sepak bola modern. Wasit asal Swiss, Gottfried Dienst, bingung karena tak tahu pasti bola hasil sepakan Hurst melewati garis gawang Jerman Barat atau tidak.

Dienst lalu menengok ke arah hakim garis, Tofik Bakhramov, yang mengangkat bendera tanda terjadinya gol. Dengan kata lain, Inggris berhasil unggul 3-2 atas Jerman Barat.