In-depth

Perlakuan Solskjaer ke Van de Beek dan Mourinho ke Shaw, Mana yang Lebih Buruk?

Selasa, 12 Oktober 2021 11:36 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© Sport Bible
Perbedaan Ekspresi Jose Mourinho dan Ole Gunnar Solskjaer Saat Resmi Menjadi Pelatih Manchester United Copyright: © Sport Bible
Perbedaan Ekspresi Jose Mourinho dan Ole Gunnar Solskjaer Saat Resmi Menjadi Pelatih Manchester United
Perlakuan Mourinho Lebih Baik ketimbang Solskjaer

Masih teringat dengan jelas bagaimana kritik Mourinho ke Luke Shaw. Berkali-kali pelatih berjuluk The Special One ini melancarkan serangan berupa kritik yang bisa membuat kuping panas.

Mourinho mengirimkan kritiknya secara tersirat kala menjadi pelatih Man United dengan menyebut Shaw tak memiliki otak saat bermain hingga ia harus mengarahkannya.

Kritikan Mourinho ini tak dilemparkan secara langsung ke Shaw, melainkan di depan kamera. Setiap kata yang keluar dari mulutnya itu mampu didengar dan masyarakat dunia.

Jika dilihat dari konteksnya, setiap perkataan Mourinho menjadi semacam hinaan bagi Shaw. Apalagi, kritik tersebut cenderung menurunkan martabatnya sebagai pemain.

Namun, ada anggapan bahwa Mourinho menelurkan kritik tersebut sebagai gaya melatihnya. The Special One memang dianggap sosok yang ceplas ceplos dan tak pandang bulu ketika melatih.

Alhasil, meski dicap buruk karena mengkritik bukan di tempatnya, Mourinho tetap mendapat pembelaan. Di sisi lain, pada eranya pula Shaw bermain di bawah standar mengingat ia rentan cedera.

Perlakuan Mourinho ini berbeda dengan perlakuan Solskjaer kepada para pemainnya. Pria asal Norwegia ini dikenal sebagai pelatih dengan Man Management atau pendekatannya ke pemain yang apik.

Sehingga, pemain yang Underperform di bawah Mourinho, mendadak menggila bersama Solskjaer di musim pertamanya. Ambil contoh pemain seperti Paul Pogba, Marcus Rashford, Anthony Martial, hingga Luke Shaw.

Sayangnya, sebaik-baiknya Man Management Solskjaer masih terdapat noda besar kala ia berurusan dengan Donny van de Beek.

Berbeda dengan Mourinho, Solskjaer tak mengkritisi Van de Beek. Namun, eks pelatih Cardiff City ini banyak berbohong dan mendiamkan anak asuhnya itu.

Sebagai contoh kasus permen karet yang dilempar Van de Beek. Solskjaer mencoba dengan tenang menanggapi hal itu dan menyebut pemainnya mengikuti saran agar tak menelan permen karet dan membuangnya.

Jawaban Solskjaer ini terkesan menutupi konteks yang ada, yakni betapa frustrasinya Van de Beek yang jarang bermain dan lebih banyak duduk di bangku cadangan.

Sebagai salah satu pembelian masif di musim panas tahun 2020, Van de Beek urung menembus tim utama Man United. Ia bahkan lebih banyak turun sebagai pemain pengganti dengan menit bermain yang minim.

Padahal, pendukung Man United mengharapkan Van de Beek tampil di posisi Double Pivot yang ditempati ‘McFred’ (Scott McTominay dan Fred), dua pemain andalan Solskjaer.

Berkali-kali keduanya tampil buruk, Solskjaer tak sedikit pun melirik Van de Beek. Ia pun bersilat lidah dengan menyebutnya untuk bekerja keras dalam latihan agar tampil.

Nyatanya, Solskjaer urung memainkan Van de Beek. Komentar-komentar positif yang dikeluarkan Solskjaer nampaknya hanya menutup situasi buruk yang terjadi antara dirinya dan pemain.

Pada akhirnya, lebih baik mana antara pelatih yang buka-bukaan atau pelatih yang sering menutupi kesalahannya dengan komentar positif berbau kebohongan?

Sebagai pemain yang butuh peningkatan di setiap permainannya, mungkin perlakuan Mourinho ke Shaw jauh lebih baik ketimbang apa yang diperbuat Solskjaer kepada Van de Beek.

Bukankah kritik membangun lebih baik ketimbang kebohohan yang terus ditutupi dengan kalimat bijak?