Liga Indonesia

Tak Temukan Indikasi Serangan Suporter, Komnas HAM Soroti Tajam Aksi Aparat Keamanan

Kamis, 6 Oktober 2022 19:15 WIB
Penulis: Ian Setiawan | Editor: Prio Hari Kristanto
© Ian Setiawan/INDOSPORT
Momen menjelang kerusuhan suporter usai laga Arema FC vs Persebaya pada Liga 1 pekan ke-11 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (01/10/22) malam. Copyright: © Ian Setiawan/INDOSPORT
Momen menjelang kerusuhan suporter usai laga Arema FC vs Persebaya pada Liga 1 pekan ke-11 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (01/10/22) malam.

INDOSPORT.COM - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menemukan fakta bahwa tidak ada upaya penyerangan yang dilakukan suporter dalam Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (01/10/22) lalu.

Rentetan dari tragedi yang menyebabkan tumbangnya ratusan korban jiwa itu memang bermula dari masuknya dua suporter dari sisi timur Stadion Kanjuruhan.

Suporter itu terindikasi kuat sedang kecewa berat atas kekalahan tim berjulukan Singo Edan dengan skor 2-3, dalam Derby Jatim melawan Persebaya Surabaya.

Dalam sejumlah tayangan video, dua suporter itu memang tidak mengarah ke tindakan kekerasan. Mereka malah tampak merangkul beberapa pemain setelah kekalahan derby itu.

Ketika itu, Skuad Arema FC memang rutin berdiri melingkar sesuai garis tengah lapangan untuk bersama-sama menyanyikan lagu kebesaran Arema bersama Aremania. 

"Tidak ada kekerasan dalam situasi tersebut. Kami sudah bertemu dengan beberapa pemain soal (momen) itu," tukas Komisioner Komnas HAM Bidang Pemantauan/Penyelidikan, Choirul Anam pada Rabu (05/10/22).

"Kejadiannya ada waktu sekitar 15 sampai 20 menit setelah peluit panjang wasit. Suasananya masih terkendali," beber dia.

Namun, situasi kemudian berubah ketika banyak dari suporter berusaha merangsek pemain, dengan indikasi melakukan tindakan serupa, sebagaimana dua rekannya itu.

Di sinilah, Komnas HAM melihat pihak keamanan salah persepsi dengan serbuan suporter itu. Mereka kemudian memukul mundur kerumunan suporter dari tengah lapangan.

Situasi semakin kacau ketika petugas kemudian menembakkan gas air mata. Kemungkinan besar, ada upaya mencegah suporter yang berada di tribun untuk merangsek ke lapangan dengan jumlah lebih besar.