Bola Internasional

Horor! Belum Kering Luka Tragedi Kanjuruhan, Gas Air Mata Makan Korban Lagi di Liga Argentina

Jumat, 7 Oktober 2022 15:06 WIB
Penulis: Ade Gusti | Editor: Indra Citra Sena
© Ian Setiawan/INDOSPORT
Penembakan gas air mata oleh polisi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/22) malam. Copyright: © Ian Setiawan/INDOSPORT
Penembakan gas air mata oleh polisi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/22) malam.

INDOSPROT.COM – Belum kering luka Tragedi Kanjuruhan yang jadi duka sepak bola Indonesia, gas air mata kembali menelan korban di ajang Liga Argentina.

Penembakan gas air mata terjadi di pertandingan Liga Argentina antara Gimnasia La Plata vs Boca Junior di Stadion Juan Carmelo Zeerillo, Argentina, Jumat (7/10/22) pagi WIB.

Melansir ESPN, laga tersebut terpaksa dihentikan wasit Hernan Mastrangelo pada menit kesembilan saat terjadi bentrokan antara suporter dan petugas polisi di luar stadion.

Insiden ini menimbulkan korban jiwa. Kepala keamanan Provinsi Buenos Aires, Sergio Berni, mengonfirmasi satu korban meninggal karena serangan jantung.

"Sayangnya ada satu orang meninggal. Dia meninggal karena serangan jantung, ketika ingin dipindahkan ke rumah sakit," ujar Berni.

ESPN melanjutkan laporan bahwa bentrokan terjadi lantaran ibuan supoter Gimnasia La Plata tanpa tiket memaksa masuk ke dalam stadion untuk menyaksikan laga melawan Boca Junior.

Kurangnya petugas keamanan untuk mengandalikan situasi membuat polisi terpaksa menembakkan peluru karet gas air mata untuk memukul suporter mundur.

Namun, hembusan angin justru membawa asap gas air mata itu mengarah masuk ke area dalam stadion, di mana pertandingan tengah berlangsung.

Situasi ini membuat ribuan penonton, pemain kedua kesebelasan, hingga ofisial pertandingan mengalami sakit di bagian mata dan gangguan pernapasan.

Ribuan suporter bahkan berusaha meninggalkan tribun dan masuk le lapangan untuk mencari jalan keluar tercepat demi terhindar dari efek gas air mata.

"Anak saya yang masih 2 tahun tidak bisa bernapas. Kami semua pasrah dan khawatir terhadap orang-orang di tribun," ujar pemain Gimnasia Leonardo Morales.

"Sungguh gila. Kami menjalani pertandingan sepak bola biasa, dan semua berubah menjadi seperti ini, merasakan orang terdekat kami hampir mati," cetusnya.