In-depth

Jadi Apa Habis Ketum PSSI? Nurdin Halid, dari Balik Jeruji Besi Menuju Pesta Demokrasi

Rabu, 22 Februari 2023 16:45 WIB
Editor: Juni Adi
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Mantan Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid saat tiba di Hotel Mercure tempat berlangsungnya KLB PSSI. Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Mantan Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid saat tiba di Hotel Mercure tempat berlangsungnya KLB PSSI.
Jejak Nurdin Halid di Sepak Bola Indonesia

Tahun 2003 jadi awal nama Nurdin Halid dikenal luas oleh publik sepak bola Indonesia. Ia mencalonkan diri menjadi ketua umum PSSI untuk periode 2003-2007 pasca kepemimpinan Agum Gumelar berakhir.

Dalam KLB PSSI, Nurdin Halid terpilih menjadi ketua umum yang baru menggantikan Agum Gumelar. Terpilihnya pria asal Sulawesi Selatan ini juga menjadi catatan sejarah.

Dia jadi orang pertama dari kalangan sipil yang terpilih menjadi ketua umum PSSI. Sebelumnya jabatan kursi PSSI satu kerap diisi oleh sosok berlatar belakang militer.

Sukses Nurdin menjadi Ketua PSSI sipil pertama tentu saja tidak datang secara instan.

Pria kelahiran Watampone, 17 November 1958, ini sudah merintis karir yang cukup panjang di pentas sepakbola Indonesia.

Sebelum aktif di PSSI, terlebih dahulu Nurdin sudah menjadi bagian dari PSM Makassar pada tahun 1995/96. Ia menjabat sebagai manejer tim.

Setelah sukses bersama PSM, termasuk dengan mengantar Juku Eja jadi juara Liga Indonesia tahun 2000, barulah Nurdin mulai berkibar namanya dan punya pengaruh besar.

Nurdin lantas menjadi Ketua PSSI, tiga tahun setelahnya. Sebelumnya, Nurdin pernah menjabat Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PSSI.

Masuk Jeruji Besi

Tetapi baru juga menjabat ketua umum PSSI, sepak bola Indonesia dibuat gempar dengan kabar Nurdin Halid tersandung kasus hukum pada periode 2004-2007.

Kasus yang menjerat pengusaha berusia 64 tahun itu antara lain, penyelundupan gula impor ilegal hingga korupsi pengadaan minyak goreng.

Pada tanggal 16 Juli 2004, dia ditahan sebagai tersangka dalam kasus penyelundupan gula impor ilegal. Ia juga diduga terlibat dalam korupsi distribusi minyak goreng.

Tetapi setahun kemudian tepatnya pada 16 Juni 2015, dia dibebaskan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan karena dinyatakan tidak bersalah. 

Selain kasus itu, Nurdin Halid juga terlibat kasus pelanggaran kepabeanan impor beras dari Vietnam. Ia divonis penjara dua tahun 6 bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada 9 Agustus 2005.

Belum selesai masalah impor beras, nama baik Nurdin Halid kembali tercoreng karena dituntut atas kasus gula impir pada September 2005. 

Namun dakwaan terhadapnya ditolak majelis hakim pada 15 Desember 2005 karena berita acara pemeriksaan (BAP) perkaranya cacat hukum.

Pada 17 Agustus 2006 ia dibebaskan dari kasus impir beras Vietnam, setelah mendapatkan remisi dari pemerintah bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Meski keluar masuk ruang persidangan dan bolak-balik keluar dari jeruji besi, posisi Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI tidak tergantikan meski mendapat banyak desakan untuk mundur dari publik.

Jika berpatokan dengan statuta FIFA, seharusnya Nurdin Halid menanggalkan posisinya sebagai Ketua Umum PSSI saat ia masuk penjara. 

Aturan yang dilanggarnya berkaitan tidak diperbolehkan seorang pelaku kriminal menjadi ketua umum sebuah asosiasi sepak bola di dunia.

Namun, ia tetap berstatus ketua umum dan menjalankan roda organisasi dari penjara. 

Pada tahun 2008 karier Nurdin Halid di PSSI nyaris berakhir tetapi pemakjulan dirinya di Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) gagal terlaksana.

Nurdin Halid pun melenggangkan kekuasaan di PSSI untuk periode kedua 2008-2011. Tetapi terpilihnya lagi anggota DPR RI itu mendapat resppon negatif dari publik.

Masyrakat banyak yang meminta Nurdin Halid untuk mundur. Gelombang protes mulai bermunculan dari berbagai daerah. 

Hingga pemerintah melalui Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Pemuda dan Olahraga, Adhyaksa Dault meminta Nurdin Halid menanggalkan jabatannya. Tekanan serupa datang dari FIFA dan Ketua KONI, Rita Subowo.

FIFA juga mengancam untuk memberikan sanksi kepada PSSI jika tidak segera menyelenggarakan pemilihan ulang ketua umum, dan memberikan sanksi agar Nurdin Halid tidak mencalonkan lagi menjadi ketua PSSI.

Puncaknya pada 2010 ketika masalah sepak bola Indonesia benar-benar kacau karena terjadi dualisme kepengurusan PSSI, dan kompetisi tandingan Liga Primer Indonesia (LPI).

Terlepas dari segala macam kontroversi yang menyelimuti Nurdin Halid saat menjabta sebagai ketua umum PSSI, performa timnas Indonesia dibawah pimpinannya cukup trengginas.

Timnas Indonesia beberapa kali masuk final Piala Tiger hingga diubah menjadi Piala AFF, puncaknya ketika diambang gelar juara pada tahun 2010 tetapi dikalahkan oleh Malaysia.

Selain itu, Indonesia juga dibuat sukses menggelar turnamen bergengsi Piala Asia pada tahun 2007 lalu.