Liga Indonesia

Belajar dari Kanjuruhan, Arema FC Ingin Rivalitas Derby Jatim Kembali Sehat

Selasa, 11 April 2023 01:49 WIB
Penulis: Ian Setiawan | Editor: Izzuddin Faruqi Adi Pratama
© Ian Setiawan/INDOSPORT
Arema FC menyisipkan misi ganda dalam menatap jadwal tunda Liga 1 menghadapi Persebaya Surabaya di Stadion PTIK Jakarta, Selasa (11/04/23). Copyright: © Ian Setiawan/INDOSPORT
Arema FC menyisipkan misi ganda dalam menatap jadwal tunda Liga 1 menghadapi Persebaya Surabaya di Stadion PTIK Jakarta, Selasa (11/04/23).

INDOSPORT.COM - Arema FC menyisipkan misi ganda dalam menatap jadwal tunda Liga 1 menghadapi Persebaya Surabaya di Stadion PTIK Jakarta, Selasa (11/04/23).

Tim berjulukan Singo Edan itu paham betul bagaimana Derby Jatim itu sangat berpotensi berlangsung dengan tensi tinggi selama 90 menit nanti.

Maka dari itu, Arema FC sangat menginginkan hal itu tak lagi terjadi. Pasalnya, mereka sudah pernah punya pengalaman paling buruk melalui Tragedi Kanjuruhan.

"Pengalaman (derby) kemarin sampai ada yang menjadi korban," ucap pelatih Arema FC, Joko Susilo dalam pre-match press conferrence, Senin (10/04/23).

"Kami tidak ingin begitu. Kami ingin menghentikan (rivalitas yang tidak sehat seperti) pengalaman yang lalu," sambung Coach Gethuk, panggilan karibnya.

Ya, publik sepak bola Malang Raya jelas tak akan pernah melupakan Derby Jatim yang berkesudahan 3-2 untuk kemenangan Persebaya, Sabtu (01/10/22) silam.

Ketika itu, 3 gol Persebaya Surabaya dilesakkan Silvio Junior saat laga baru berjalan 8 menit, sebelum dilengkapi gol Leonardo Lellis (32) dan Sho Yamamoto (51).

Sementara 2 gol Arema FC diborong oleh Abel Camara. Striker asal Portugal itu menjebol gawang Persebaya pada menit 42 dan 45 dari titik penalti.

Ironisnya, terjadi insiden memilukan selepas peluit panjang. Kerusuhan lantas bergulir dengan melibatkan lebih dari 40 ribu penonton dengan pihak keamanan.

Insiden itu lantas menyebabkan 135 nyawa melayang dan ratusan lainnya luka-luka. Derby Jatim pada putaran pertama Liga 1 itu lantas dikenang sebagai Tragedi Kanjuruhan.