In-depth

3 Alasan Perombakan PSS Sleman Bukan Jaminan Datangkan Prestasi

Selasa, 25 April 2023 14:25 WIB
Penulis: Nofik Lukman Hakim | Editor: Prio Hari Kristanto
© Instagram@pssleman
Pertandingan BRI Liga 1 antara PSS Sleman vs Persikabo 1973 di Stadion Maguwoharjo, Yogyakarta, Minggu (26/02/23). (Foto: Instagram@pssleman) Copyright: © Instagram@pssleman
Pertandingan BRI Liga 1 antara PSS Sleman vs Persikabo 1973 di Stadion Maguwoharjo, Yogyakarta, Minggu (26/02/23). (Foto: Instagram@pssleman)
3. Inkonsistensi Manajerial (2)

Sementara di PSS Sleman, ada saja cerita tentang pergantian manajerial ketika kompetisi masih berjalan. Musim lalu, sosok Dewanto Rahatmoyo mundur sebagai manajer pada bulan Oktober karena ingin fokus dengan bisnisnya.

Lalu, Andywardhana yang menjabat sebagai direktur utama juga mundur pada bulan Oktober atau ketika kompetisi sedang "istirahat" pasca Tragedi Kanjuruhan.

Pada kompetisi 2021-2022, perubahan manajerial juga terjadi pada pertengahan musim. Danilo Fernando sebagai manajer dan Marco Gracia Paulo sebagai direktur utama juga mundur setelah seri kedua.

Perubahan manajerial di tengah musim turut terjadi pada Liga 1 2019. Viola Kurniawati yang menjabat sebagai chief executive officer (CEO) mundur ketika kompetisi sudah berjalan. Posisinya kemudian digantikan Fatih Chabanto.

Sisi positif dan negatif bisa hadir dalam setiap pergantian. Dari tiga musim itu, PSS hanya sukses berprestasi pada Liga 1 2019 ketika menduduki peringkat delapan.

Sementara dalam dua musim terakhir, PSS selalu ada di zona bawah. Bahkan, andai kompetisi 2022-2023 ada degradasi, PSS Sleman sudah turun ke Liga 2 karena menduduki zona bawah bersama Dewa United dan RANS Nusantara FC