In-depth

Kisah Sonny Pike, The Next Maradona Asal Inggris yang Berakhir Jadi Sopir Taxi

Minggu, 10 September 2023 17:50 WIB
Penulis: Petrus Manus Da' Yerimon | Editor: Deodatus Kresna Murti Bayu Aji
© REUTERS/Agustin Marcarian
Pendukung timnas Argentina merayakan gelar Piala Dunia 2022 dengan membentangkan poster besar bergambar Diego Maradona. Copyright: © REUTERS/Agustin Marcarian
Pendukung timnas Argentina merayakan gelar Piala Dunia 2022 dengan membentangkan poster besar bergambar Diego Maradona.
Gagal Jadi Pemain Profesional

Setelah adanya sanksi dari FA, Sonny Pike merasa sulit untuk bermain sepak bola lagi. Dia sudah tidak lagi menyukai permainan tersebut.

“Saya mengalami gangguan mental di lapangan. Saya masuk selama 15 menit, saya diberi kesempatan dan saya pergi begitu saja,” katanya.

Pada usia 17 tahun, Sonny Pike sempat ingin bunuh diri. Dia kemudian menjalani trial terakhir bersama Grimsby Town FC (saat ini League Two atau kasta keempat Liga Inggris) pada usia 18 tahun. Setelahnya, Sonny memutuskan meninggalkan sepak bola. 

"Ketika saya berhenti bermain sepak bola, beberapa kesalahan yang saya buat dan hal-hal yang saya lakukan sangatlah konyol," ujarnya dilansir dari The Guardian. 

"Banyak masalah, saya berjuang untuk sementara waktu. Itu hanya karena kemarahan karena tidak menjadi pesepakbola, dimana segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan anda, dan itu membuat anda bertindak dengan cara yang tidak seharusnya Anda lakukan," tambahnya. 

Lantas apa yang dilakukan Sonny Pike setelah tak jadi pesepakbola profesional? 

Saat mengasingkan diri selama bertahun-tahun, Sonny Pike belajar pertukangan dan menikah. Sekarang dia dilaporkan menjadi sopir taxi di London.

Sonny Pike kini berusia 40 tahun. Meski sudah lama kehilangan minat dengan sepak bola, dia kemudian melatih untuk anak-anak. Dia membuka sekolah sepak bola pada 2020 lalu.

Sonny berfokus pada aspek di luar lapangan untuk mencegah anak-anak berbakat mengalami nasib yang sama seperti dia. 

Sonny Pike saat ini memiliki dua anak. Dia mendukung dan membiarkan anak-anaknya berkembang sesuai usia mereka.

Dia telah kehilangan keluarganya saat kecil, dan hal ini membuatnya bertekad untuk menjadi ayah yang lebih baik bagi anak-anaknya.