x

6 Pemain yang Pantas Dijadikan Panutan Donnarumma

Minggu, 18 Juni 2017 19:12 WIB
Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
Gianluigi Donnarumma menolak tawaran kontrak bersama AC Milan.

Transfer saga kiper masa depan Tim Nasional (Timnas) Italia, Gianluigi Donnarumma, menjadi perbincangan oleh pencinta sepakbola lantaran dirinya yang dicap pengkhianat oleh kubu AC Milan. Pasalnya, Donnarumma sendiri pernah mengaku dirinya ingin menetap di Milan, namun kini dirinya menolak perpanjangan kontrak yang disodorkan oleh kubu Rossoneri.

Baca Juga:

“Semua orang tahu bahwa keinginan saya adalah untuk tetap tinggal di Milan. Saya adalah pribadi yang tenang dan semua pihak yang terlibat tahu akan keinginan saya untuk tetap berada di sini,” ucap Donnarumma kala itu kepada GQ Magazine, dikutip ESPN.

Namun ungkapannya itu tak sejalan dengan apa yang ia lakukan pada klub yang telah membesarkan namanya tersebut. Perpanjangan kontrak 5 tahun yang disodorkan kepadanya serta gaji 4 juta euro (Rp59,4 miliar) per tahun ditolak mentah-mentah oleh remaja berusia 18 tahun tersebut, melalui agennya Mino Raiola.

Ekspresi kiper AC Milan, Gianluigi Donnarumma.

Manajer Umum Milan, Marco Fassone, mengonfirmasi akan hal tersebut. Melalui konferensi pers di Casa Milan, Raiola mengatakan kepada dirinya bahwa Donnarumma tidak akan melakukan perpanjangan kontrak pada tahun ini, dan keputusan tersebut mutlak.

“Mino Raiola telah memberi tahu saya kalau keputusan Donnarumma adalah tidak memperpanjang kontraknya. Keputusan ini sudah final,” ujar Marco Fassone seperti dilansir situs resmi Milan.

Sebelumnya, apa yang terjadi oleh Donnarumma di Milan saat ini bukanlah hal yang baru bagi beberapa pemandu bakat di Italia. Hal itu diketahui setelah Giocondo Martorelli, salah satu pemandu bakat asal Italia, membongkar keburukan Donnarumma.

“Mungkin ini tidak menyenangkan, tapi saya merupakan salah satu dari sedikit orang yang mengetahui hal seperti ini akan terjadi,” ucapnya kala itu kepada TMW Radio.

Aksi penyelamatan Gianluigi Donnarumma.

Sekadar informasi, Martorelli merupakan orang pertama yang menemukan bakat Donnarumma dan memintanya untuk mengikuti pelatihan di Inter Milan. Awalnya, Donnarumma memang sempat akan dikontrak Inter namun tiba-tiba dirinya beralih ke rival sekota Inter, AC Milan.

“Awalnya, semua berjalan baik-baik saja hingga sebuah momen ketika Donnarumma akan tanda tangan kontrak dengan Inter. Sore itu, kami semua sudah sepakat. Dia, ayah, dan ibunya,” kata Martorelli.

“Selanjutnya, mereka juga sudah sepakat untuk bergabung dengan Milan, tanpa memberikan peringatan. Ini membuat saya berpikir Donnarumma bisa memiliki situasi sama dengan Milan,” sambungnya.

Giocondo Martorelli, pemandu bakat asal Italia

Apa yang dilakukan oleh Donnarumma kepada klubnya, AC Milan, ini bukanlah sesuatu yang pantas dijadikan contoh oleh para pemain muda Italia. Di umurnya yang masih muda, 18 tahun, ‘kelakuannya’ terhadap petinggi Milan perihal masa depannya itu berbanding terbalik dengan 6 pesepakbola yang loyal kepada klub Italia yang didukungnya.

Memang, sudah merupakan hak tiap pesepakbola untuk memutuskan masa depannya di sebuah klub. Namun, melihat apa yang telah Milan berikan untuk perkembangan dirinya, Donnarumma sebaiknya meniru keenam pesepakbola terkenal ini, yang berbakti kepada klub Italia hingga akhir kariernya sebagai pesepakbola.


1. Javier Zanetti

Legenda Inter Milan, Javier Zanetti.

Siapa yang tak kenal akan pria tampan asal Argentina, pemain bertahan sektor kanan andalan Inter Milan dulu? Ya, dia adalah Javier Zanetti, mantan kapten Inter yang juga menjadi bagian dari sejarah La Beneamata ketika menjuarai treble winner di tahun 2010.

Zanetti sejatinya bukanlah produk akademi Inter. Dirinya bergabung ke Giuseppe Meazza Stadium pada 1 Juli 1995 dari klub asal Argentina, CA Banfield. Selama 19 tahun berseragam hitam-biru, sang kapten telah memenangkan banyak gelar untuk kubu Interisti.

Javier Zanetti (kiri) bersama dengan Erick Thohir.

5 gelar Serie A Italia, 4 gelar Coppa Italia dan Supercoppa Italia, serta masing-masing 1 gelar Liga Champions, Piala Dunia Antarklub, serta 1 Liga Europa berhasil ia persembahkan kepada para penggemar Inter Milan.

Kehebatan Zanetti kala itu tentunya banyak mengundang beberapa klub besar yang menginginkan jasanya. Manchester United yang kala itu dinakhodai oleh Sir Alex Ferguson, dikonfirmasi oleh sang pemain bahwa tim tersukses di Inggris itu pernah menginginkan jasanya di tahun 1990an.

“Saya dulu pernah bertemu dengan Ferguson di bandara saat saya sedang di Inggris. Kami mengobrol sedikit perihal transfer pemain. Di situ, saya menegaskan bahwa saya ingin tetap di Inter,” ucapnya kala itu kepada majalah Fourfourtwo.

“Ketika Anda bermain untuk Inter, mereka akan membuat Anda merasa seperti bagian dari sebuah keluarga, seperti anak baru,” tambahnya.

Kesetiaan Zanetti pun dibayar dengan berhasil membawa Inter Milan menjadi klub Italia pertama yang berhasil menjuarai treble winners, dengan menjuarai Liga Champions, Serie A Italia, dan Coppa Italia di bawah asuhan Jose Mourinho di tahun 2010 silam.


2. Paolo Maldini

Paolo Maldini, mantan pemain sekaligus legenda AC Milan.

AC Milan terkenal akan sebuah klub yang berhasil menciptakan beberapa pemain bagus nan juga melegenda, seperti Paolo Maldini contohnya. Mantan pemain bertahan Rossoneri ini merupakan lulusan akademi Milan sejak tahun 1985.

Dengan hanya satu klub, yakni AC Milan, Maldini telah memenangkan banyak penghargaan dan juara selama berseragam hitam-merah. Selama 24 tahun lamanya, berbagai gelar individu maupun tim banyak diraihnya.

Sebut saja 7 gelar Serie A Italia dan Supercoppa Italia, 8 gelar Piala Super UEFA, 5 gelar Liga Champions, 2 gelar Piala Interkontinental, serta masing-masing 1 gelar Coppa Italia dan Piala Dunia Antarklub pernah diraihnya bersama Setan Merah.

Paolo Maldini, legenda AC Milan.

Keloyalan Maldini di Milan patut diacungi jempol. Bukan karena dirinya bertahan untuk satu tim selama 24 tahun kariernya sebagai pesepakbola, namun kebanggaannya terhadap Milan di saat dirinya kerap kali menerima penghinaan dari Ultras Milan sungguh layak dijadikan contoh oleh Donnarumma.

Sekadar informasi, Maldini pernah beberapa kali mengalami perseteruan dengan Ultras Milan, yang membuatnya nyaris meninggalkan San Siro pada 1997 menuju Chelsea, setelah mendapatkan penawaran Gianluca Vialli. Perseteruan itu pun tetap berlanjut bahkan hingga di pertandingan terakhir Maldini untuk Rossoneri di tahun 2009 silam.

“Terima kasih kapten. Di lapangan kau adalah juara, tapi kau tak memiliki rasa hormat kepada mereka yang sudah membuatmu kaya raya,” tulis salah satu spanduk yang direntangkan oleh Ultras Milan kala itu.

Walau dirinya tetap mendapatkan berbagai penolakan oleh Ultras Milan, dirinya tetap mengukuhkan diri untuk membela Setan Merah hingga ia memutuskan untuk menggantung sepatunya.


3. Francesco Totti

Francesco Totti, legenda AS Roma.

Belum lama ini klub Ibu Kota Italia, AS Roma, telah kehilangan ‘pangerannya’ di atas lapangan. Ya, Francesco Totti yang merupakan legenda hidup Roma, memutuskan untuk gantung sepatu pada akhir musim 2016/17 lalu.

Hal ini sekaligus menghentikan masa baktinya kepada Serigala Roma setelah 24 tahun lamanya bermain untuk Roma. Kepergian Totti pada laga terakhirnya melawan Genoa, beberapa pekan yang lalu di Olimpico Stadium pun menghadirkan isak tangis oleh para pendukung setia Roma yang menyesaki stadion.

Tidak hanya para pendukung, dirinya pun menerima sebuah penghargaan dari ‘serigala-serigala’ lainnya, yang diwakili oleh wakil kapten Roma, Daniele de Rossi. Penghargaan diberikan kepada Totti, yang saat itu didampingi oleh sang istri beserta ketiga anaknya.

Apa yang dilakukan oleh para pendukung Roma serta rekan-rekannya di timnya tersebut merupakan bagian dari rasa sedih mereka, karena ditinggal oleh kapten yang juga legenda lulusan akademi Roma itu.

Sepanjang kariernya sebagai pesepakbola, Totti pernah ditawari untuk bergabung bersama Real Madrid di tahun 2003. Los Blancos yang kala itu dilatih oleh Fabio Capello, mengincar Totti untuk dijadikan ujung tombak di Santiago Bernabeu.

Namun, rayuan Capello tak berhasil membuatnya pindah dari Italia ke Madrid. Dirinya menolak tawaran besar hanya untuk menjadi legenda di Roma.


4. Giuseppe Bergomi

Giuseppe Bergomi, legenda Inter Milan.

Ketika Anda mendengar nama Giuseppe Bergomi, sontak Anda akan teringat sosok ‘komandan’ yang pernah membela Inter Milan di era 80 hingga 90an. Ya, Bergomi yang berposisi sebagai bek kanan ini nyatanya merupakan legenda hidup La Beneamata hingga kini.

Merupakan produk asli akademi Inter, 19 tahun lamanya Bergomi berseragam hitam-biru dengam mempersembahkan 3 Piala Liga Europa, 2 gelar Serie A Italia, serta masing-masing 1 Piala Coppa Italia dan Piala Supercoppa Italia.

Giuseppe Bergomi, legenda Inter Milan.

Pemain yang dikenal memiliki fisik yang prima serta selalu ada di setiap sudut kanan lapangan ini nyatanya juga memiliki otak yang luar biasa cerdas. Dirinya dikenal memiliki pemikiran yang cerdas dalam mengaplikasikan taktik oleh sang pelatih, dan memiliki kualitas antisipasi yang sempurna.

Tak heran, selain dirinya mampu mengharumkan nama Inter Milan di masanya, ia juga turut berpartisipasi dalam membawa Tim Nasional (Timnas) Italia menjuarai Piala Dunia di tahun 1982.


5. Giampiero Boniperti

Giampiero Boniperti, legenda Juventus.

Mantan penyerang Juventus pada era 40 hingga 50an, Giampiero Boniperti, menjadi salah satu pemain andalan Bianconeri pada masanya kala itu. Pria yang kini berusia 88 tahun tersebut merupakan lulusan akademi Juventus, dan hanya bersama Juventus pula dirinya bermain sepakbola.

Bergabung bersama Juventus Senior pada 1946, dirinya berhasil mencetak 178 gol dari 443 laga selama berseragam hitam-putih. Selama 19 tahun berkarier bersama Juventus, dirinya banyak memberikan penghargaan untuk kubu Turin.

5 gelar Serie A Italia dan 2 piala Coppa Italia berhasil ia persembahkan untuk Si Nyonya Tua. Tak hanya itu saja, gelar individual pun sempat ia raih saat masih aktif membela Juventus maupun pasca dirinya pensiun, seperti menjadi top skor di musim 1974/48, serta masuk dalam Italian Football Hall of Fame di tahun 2012.


6. Francesco Zagatti

Francesco Zagatti (tengah) diarak oleh fans pasca memenangkan gelar Liga Serie A Italia kala itu.

Pemain Italia terakhir yang patut untuk dicontoh oleh Donnarumma adalah legenda Milan satu ini. Ya, Francesco Zagatti yang merupakan mantan pemain bertahan AC Milan ini hidup dan bermain hanya untuk Rossoneri seorang.

Mulai bergabung pada bulan Juli 1951 ke tim Milan Senior, Zagatti berhasil tampil sebanyak 214 laga dengan hanya mencetak 1 gol saja. 12 tahun dirinya berseragam merah-hitam, dirinya berhasil menyumbang 2 gelar Coppa Italia.

Pada masanya, Zagatti tidak hanya dikenal akan kepiawaiannya dalam bertahan di area kotak penalti. Namun, ia juga dikenal mampu membantu tim dalam melakukan serangan. Napas dan staminanya yang di atas rata-rata kala itu, membuatnya dijuluki sebagai ‘tank’ dari Milan.

Bursa TransferAC MilanJavier ZanettiFrancesco TottiPaolo MaldiniMino RaiolaGiuseppe BergomiGianluigi DonnarummaBola Internasional

Berita Terkini