x

Klopp Tak Mau Lihat Sejarah Manis Liverpool atas Roma sebagai Pertanda Baik

Selasa, 24 April 2018 11:02 WIB
Penulis: Josephine Krisna Dewi Prawesti | Editor: Arum Kusuma Dewi
Trio striker Liverpool, Sadio Mane, Mohamed Salah, dan Roberto Firmino.

Beberapa orang berpatokan pada final yang terjadi pada tahun 1984 sebagai pertanda kemenangan Liverpool. Sementara sebagian penggemar memprediksi kemenangan Liverpool dapat dilihat dari pertandingan terakhir mereka saat melawan Manchester City dengan skor kemenangan 5-1.

Namun Jurgen Klopp tak melihat riwayat dua peristiwa itu. Baginya, inspirasi selalu menjadi patokan esok hari. Mengenai apa yang dicapai timnya hari ini dan harapan mereka hanyalah permulaan. 

"Ini adalah peluang besar tetapi ini bukan kesempatan sekali seumur hidup," katanya. 

“Untuk kedua kalinya saya sudah di semifinal dan jika saya berhasil, saya akan menjadi yang kedua kalinya di final."

Baca Juga

“Saya tidak meragukan skuat Liverpool, mereka semua sangat kompak. Kami semua merasakan kegembiraan yang sama. Kami semua datang ke sini bersama," tegasnya.


1. Masa Lalu Hanyalah Masa Lalu

Jurgen Klopp, pelatih Liverpool.

Sejarah tidak akan berarti apa-apa ketika kedua belah pihak berbaris melihat masa depan. Namun Klopp tidak akan berpatokan pada masa lalu. 

"Saya pikir anak-anak membutuhkan hal-hal nyata, bukan cerita lama yang baik meskipun mereka brilian," kata Klopp. 

“Di Jerman kami berbicara tentang semangat kamp 1954 dan ‘74 [sebelum Piala Dunia] tetapi itu hanya untuk menciptakan sejarah Anda sendiri. Itulah yang harus kami lakukan, bukan apa yang ingin kami lakukan. ”


2. Tak Bisa Remehkan AS Roma

Para pemain AS Roma mencoret wajah mereka dengan warna merah.

Liverpool pernah mencapai empat besar pada tahun 2008 di mana mereka dikalahkan oleh Chelsea. Tetapi pertandingan ini terasa berbeda. Mereka adalah pencetak gol terkemuka di setiap kompetisi dan telah merobek lawan-lawan mereka di babak sistem gugur - mengalahkan Porto 5-0 dan Manchester City 5-1.

Secara riwayat bursa transfer, Liverpool pernah mencuri permata berharga mereka. Dengan merayu Mohamed Salah ke Inggris dan memboyongnya dengan nilai kontrak sebesar 37 juta pounds atau sekitar 600 miliar rupiah, dan pesepakbola kelahiran Mesir itu mampu memberikan 41 gol bagi Liverpool.

Akan menjadi pertanyaan, apakah transfer Mohamed Salah menjadi dendam tersendiri bagi Roma? Dan pada satu sisi, mungkin saja mantan rekan Mohamed Salah di AS Roma memahami betul kelemahannya. 


3. Liverpool Masih Punya Firmino dan Sadio Mane

Dua pemain Liverpool, Sadio Mane dan Mohamed Salah.

Mungkin trisula penyerang Liverpool yang menjadi andalan Jurgen Klopp. Selain Mohamed Salah, The Reds masih punya dua pemain lain yang tak kalah gemilang yakni Sadio Mane dan Roberto Firmino.

Di belakang Liverpool juga tampak proposisi yang berbeda sejak Virgil van Dijk tiba di bulan Januari lalu. Adapun Dejan Lovren dan Loris Karius yang selalu hadir dengan proposisi berbeda di sampingnya.

“Tim ini adalah tim yang sangat antusias. Pada momen yang baik, mereka melompat dan itu sangat bagus untuk dilihat,” kata Klopp. 

"Saya masih bisa memprediksi bahwa kami dapat masuk ke dalam permainan ini sebagai kuda hitam dan itu akan menjadi tantangan besar. Tapi kita masih bisa lebih baik dan besok kita membutuhkan kinerja sempurna jika kita akan mendapatkan hasilnya."

“Kita semua tahu sejarah klub dan betapa briliannya setiap sejarah tercipta. Tapi kami ingin orang-orang melihat kembali tim ini dalam 20 atau 30 tahun mendatang dan mengatakan betapa bagusnya yang kami lakukan saat ini dan betapa istimewanya tahun ini atau beberapa tahun ke depan.

“Saya merasa seolah-olah kami berada di tempat yang bagus tetapi saya merasa ini hanyalah awal dari sesuatu yang istimewa. Ini adalah pertandingan besar pertama dan semoga kami dapat memiliki lebih banyak lagi untuk beberapa tahun mendatang," pungkas pelatih 50 tahun ini.

LiverpoolLiga ChampionsMohamed SalahSadio ManeRoberto Firmino

Berita Terkini