x

Christian Pulisic: Pembuka Jalan 'Generasi Emas' Amerika Serikat di Eropa

Sabtu, 31 Oktober 2020 10:01 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
Menapaki jejak Christian Pulisic sehingga menjadi pembuka jalan 'Generasi Emas' sepak bola Amerika Serikat berkarier di Eropa.

INDOSPORT.COM – Sepak bola tak akan pernah populer di Amerika Serikat. Keyakinan ini tumbuh sejak bergulirnya MLS pada tahun 1993. Namun, di tahun 2020 ini, negeri Paman Sam nampak akan mulai menggeluti si kulit bundar seiring lahirnya ‘Generasi Emas’.

Berbicara soal sepak bola di Amerika Serikat mungkin adalah sesuatu hal yang tabu. Pasalnya, olahraga 1 ini tak mampu menarik banyak peminat di negara adidaya tersebut.

Mayoritas masyarakat Amerika Serikat  lebih menyukai Basket lewat NBA, lalu American Football via NFL dan Bisbol via Major League Baseball. Sepak bola dengan MLS nya mungkin hanya dianggap pelengkap saja.

Baca Juga
Baca Juga

Akan tetapi, sepak bola perlahan berkembang di Amerika Serika seiring hadirnya Piala Dunia 1994 dan banyaknya pertandingan pramusim yang tersaji di Paman Sam.

Siapa yang bisa menyangka, duel pramusim Real Madrid vs Manchester United di Michigan pada 2014 silam mampu mencetak rekor dengan hadirnya 109.31 penonton ke stadion tempat pertandingan.

Pelan tapi pasti, sepak bola pun mulai dilirik masyarakat Amerika Serikat. Para pemain timnas Paman Sam yang tergabung dalam USMNT pun mulai mendapat pengakuan.

Ada Claudio Reyna, Clint Dempsey, Tim Howard, dan lain sebagainya. 3 nama tersebut pun dianggap sebagai pionir karena nama ketiganya melambung tinggi di Amerika Serikat dan pernah berkarier di Inggris, negara yang dianggap maju sepak bolanya.

Baca Juga
Baca Juga

Kini jejak ketiganya pun diikuti oleh Christian Pulisic yang menjejakkan kakinya ke Inggris pada musim 2019/20 saat bergabung Chelsea dari Borussia Dortmund.

Transfer sebesar 64 juta euro atau Rp1 triliun menjadikannya pemain sepak bola termahal sepanjang sejarah Amerika Serikat. Besarnya harga yang dikeluarkan Chelsea di balik kontraknya yang tersisa 1 tahun lagi pun mendapat kritikan saat itu.

Namun, harga yang dikeluarkan Chelsea dan yang diminta Borussia Dortmund untuk Pulisic kala itu merupakan harga yang pantas. Apalagi mengingat sepak terjang pemain berusia 22 tahun ini sebagai simbol dan pembuka jalan ‘Generasi Emas’ Amerika Serikat di Eropa.


1. Generasi Emas Amerika Serikat, Berterima Kasihlah pada Keluarga Pulisic

Selebrasi Christian Pulisic dalam laga final Piala FA Arsenal vs Chelsea

Sama seperti pendahulunya, saat tiba pertama kali tiba ke Eropa, banyak yang meragukan kapabilitas Christian Pulisic. Hal ini diakui sang ayah, Mark, yang berkorban jiwa dan raga untuk membawa anaknya ke sepak bola.

Mark sendiri merupakan salah 1 pelatih sepak bola di Amerika Serikat. Sebagai olahraga yang tak populer di tempat tinggalnya, ia tak menyerah begitu saja di dunia kulit bundar.

Apa yang ditampilkan Mark membuat Pulisic jatuh cinta kepada sepak bola tanpa sedikit pun paksaan dari sang ayah yang bergelut di dunia ini.

“Kami hampir mendorongnya ke arah selain sepak bola. Dia (Pulisic) tidak kami paksa (untuk bermain sepak bola). Saya hanya ingin memastikan dia mengambil keputusan tepat. Takkan berhasil jika saya memaksakan pelatihan untuknya,” ujar Mark.

Pulisic pun mendalami sepak bola bersama sang ayah yang kala itu menjadi pelatih futsal. Bakatnya kian terasah saat bermain futsal sehingga Mark mengambil keputusan untuk sang anak agar berkembang menjadi salah satu pemain top.

Saat sang ibu, Kelley, mendapat beasiswa di Inggris, Mark dan Pulisic pun ikut ke Inggris dan mendatangi tim-tim besar Britania Raya. Dari Manchester United hingga Chelsea pun disambangi oleh keduanya.

Bahkan Mark mencoba memasukkan Pulisic  ke berbagai akademi tim untuk menjalani trial, termasuk di Chelsea. Hal tersebut terungkap saat dirinya telah bergabung The Blues lewat sebuah foto lawas dirinya saat masih anak-anak.

Namun jalan di Inggris terlalu cepat bagi Pulisic muda yang memiliki fisik kecil. Mark yang sadar akan hal itu, melanjutkan kegigihannya menjadikan anaknya pemain sepak bola top dengan menawarkan sang anak ke berbagai tim Eropa.

Pengorbanan Mark pun terlihat saat Pulisic dipinang akademi Borussia Dortmund. Ia bahkan rela pindah dan bekerja di Jerman untuk memantau perkembangan si buah hati.

“Saya menghabiskan 2,5 tahun di Jerman dan itu adalah hal terbaik untuk Christian (Pulisic). Tapi sekarang saatnya ia berkembang tanpa sang ayah di sekitarnya,” ujar Mark kala Pulisic menandatangani kontrak profesional bersama Dortmund.

Singkat kata, Pulisic pun mampu menggebrak sepak bola Eropa lewat Dortmund. Namanya jadi perbincangan sejak 2015. Bahkan di usia yang kini 22 tahun, ia dianggap pemain senior oleh para kompatriotnya karena pengalamannya di Eropa sejak muda.

Berkat jalan terjal yang dilalui Mark dan Pulisic pula, bakat-bakat muda Amerika Serikat di dunia sepak bola mulai dilirik. Tak pelak, kini bintang Chelsea itu dianggap pembuka jalan bagi generasi emas Paman Sam.

“Dia (Pulisic) tak hanya membuka pintu untukku di Eropa tapi juga untuk semua orang di Amerika Serikat,” ujar Giovani Reyna, wonderkid Dortmund yang kini tengah naik daun.

Hadirnya Pulisic di sepak bola Eropa sejak usia belia pun turut membuat para pesepak bola muda Amerika Serikat berbondong-bondong mencoba peruntungan di Eropa. Hasilnya pun terlihat saat ini.

Amerika Serikat dan para pelaku sepak bolanya mungkin ada baiknya berterima kasih kepada Mark dan Christian Pulisic. Keduanya mungkin bukanlah pionir. Tapi keduanya seakan menjadi pembuka jalan lahirnya ‘Generasi Emas’ Paman Sam saat ini.

Amerika SerikatChelseaBorussia DortmundBola InternasionalChristian PulisicprofilSepak Bola