x

3 Alasan Erling Haaland Bakal Gagal Total di Manchester City, Salah Satunya karena Guardiola!

Rabu, 20 April 2022 21:04 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
Berikut tiga alasan mengapa Erling Haaland bakal gagal total jika bergabung Manchester City di musim panas 2022 nanti.

INDOSPORT.COM – Berikut tiga alasan mengapa Erling Haaland bakal gagal total jika bergabung Manchester City di musim panas 2022 nanti.

Klub kaya raya Liga Inggris, Manchester City disebut-sebut merupakan tim yang paling dekat untuk mendatangkan bintang muda Eropa, Erling Haaland.

Baca Juga

Beredar kabar bahwa kedua pihak telah menemukan kata sepakat dan tinggal merampungkan detail-detail kecil di dalamnya.

Man City pun juga harus menebus klausul rilis yang dimiliki Haaland di Borussia Dortmund. Disebut-sebut, klausul rilisnya mencapai 63 juta poundsterling (Rp1,1 triliun).

Angka ini memang terbilang kecil. Namun, jika ditotal dengan komisi ke agen, Mino Raiola dan komisi ke sang ayah, Alf-Inge Haaland, serta gaji yang diberikan maka transfer ini akan melebihi transfer Jack Grealish.

Baca Juga

Haaland disebutkan juga akan menerima bayaran 500 ribu poundsterling (Rp9,6 miliar) per pekannya, yang akan membuatnya menjadi pemain dengan bayaran termahal di Liga Inggris.

Bakal bergabung pemain berusia 21 tahun itu pun menjadi kabar gembira bagi para pendukung Man City belakangan ini.

Bagaimana tidak? Man City tengah membutuhkan striker baru menyusul perginya Sergio Aguero di musim panas 2021 lalu.

Baca Juga

Namun dengan biaya yang akan memecahkan rekor transfer klub, Haaland belum tentu akan menjadi pembelian cerdas Man City.

Malahan, Erling Haaland punya potensi bakal gagal total di Manchester City. Apa saja alasannya? Berikut rangkumannya.


1. 1. Tak Cocok dengan Skema Man City

Penyerang Borussia Dortmund, Erling Haaland melepaskan tembakan ke gawang Bayern Munchen (05/12/21).

Percaya atau tidak, kehadiran Erling Haaland hanya akan mengubah pola permainan Manchester City yang sejauh ini sudah paten.

Man City selalu mengandalkan permainan kolektif, operan dari kaki ke kaki, dribel dan pergerakan tanpa bola yang mumpuni.

Baca Juga

Sebagai catatan, Man City tercatat sebagai tim di Liga Inggris musim ini yang punya jumlah operan sukses terbanyak dan tingkat kesuksesan tertinggi yakni 88,1 persen.

Seluruh pemain depan Man City di kompetisi Liga Inggris melepaskan rata-rata 500 hingga 700 operan sukses dengan rasio kesuksesan sebesar 76,4-86,4 persen sejauh ini.

Sedangkan Haaland merupakan penyerang murni, pemain bernomor 9 yang ganas dalam memanfaatkan peluang di dalam kotak penalti.

Baca Juga

Haaland jarang membantu permainan timnya, dengan operan sukses di Liga Jerman sebanyak 278 operan saja dan rasio kesuksesan sebesar 71,1 persen sejauh ini.

Dengan memainkan gaya bermain sekarang, hadirnya Haaland tak akan memberikan keuntungan sedikit pun bagi permainan Man City saat ini,

Malahan, Haaland hanya akan membuat Pep Guardiola pusing, seperti halnya Thomas Tuchel saat Romelu Lukaku tiba ke Chelsea.


2. 2. Pep Guardiola Tak Cocok dengan Striker Murni

Jadon Sancho dan Erling Haaland, pemain Borussia Dortmund.

Sejak namanya muncul di Barcelona, Pep Guardiola bisa dikatakan jarang menggunakan pemain bernomor 9 atau penyerang murni.

Sebagai contoh adalah Samuel Eto’o dan Zlatan Ibrahimovic. Keduanya merupakan tipikal penyerang murni yang garang di muka gawang.

Baca Juga

Keduanya merasakan ditendang oleh Guardiola. Eto’o terlebih dahulu di 2009 dan kemudian Ibrahimovic di tahun 2010.

Sejak saat itu, Guardiola meraup kesuksesan dengan memainkan False 9 dan juga memainkan pola dengan penyerang yang aktif, yakni menjemput bola dari tengah dan turut membantu serangan.

Di Bayern Munchen, Guardiola sempat memiliki penyerang murni pada sosok Robert Lewandowski selama dua musim yakni 2014/15 dan 2015/16.

Baca Juga

Namun, keran gol Lewandowski tak cukup apik saat itu, bila dibandingkan dengan torehannya beberapa musim terakhir sebagai penyerang murni di Bayern Munchen.

Dengan kata lain, Haaland bisa saja bernasib sama dengan Eto’o dan Ibrahimovic, jika tak mengubah gaya permainannya dengan mengorbankan keran golnya demi masuk dalam skema Guardiola.


3. 3. Bomber Jebolan Liga Jerman Melempem di Liga Inggris

Aksi Erling Haaland di laga Wolfsburg vs Borussia Dortmund (27/11/21).

Haaland wajib waspada dengan satu fakta ini, yakni hampir kebanyakan bomber jebolan Liga Jerman atau Bundesliga justru melempem di Liga Inggris.

Sejak zaman Roque Santa Cruz, Claudio Pizzaro, Sebastien Haller, Timo Werner, hingga terakhir Wout Werghost melempem usai hijrah di Liga Inggris.

Baca Juga

Perbedaan gaya bermain di Liga Jerman yang punya garis pertahanan yang tinggi dan Liga Inggris yang kebanyakan menerapkan sistem Low Block, membuat proses adaptasi para bomber jebolan Bundesliga di Inggris terbilang sulit.

Haaland wajib memperhatikan hal tersebut. Apalagi, para pendahulunya di atas dulunya merupakan penyerang tajam di Bundesliga dengan gol mencapai dua digit.

Namun di Liga Inggris, keran gol para pendahulunya menukik tajam dan kemudian dicampakkan atau malah tersisihkan dari skuat utama.

Baca Juga

Maka tak mengherankan jika di Liga Jerman, para penyerang melempem seperti Andre Silva di AC Milan, Patrik Schick di AS Roma, dan Alexander Sorloth di Crystal Palace bisa menggila.

Hal ini tak lepas di klub-klub sebelumnya, gaya bermain lawan-lawannya di kompetisi masing-masing yang memainkan gaya bertahan rapat.

Manchester CityBundesliga JermanBorussia DortmundPep GuardiolaIn Depth SportsLiga InggrisLiga JermanSepak BolaErling Braut Haaland

Berita Terkini