x

3 Alasan Arsenal Kehabisan Bensin dalam Perburuan Gelar Juara Liga Inggris

Kamis, 27 April 2023 19:35 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
Arsenal harus menerima kenyataan pahit berpotensi terpeleset dalam perburuan gelar Liga Inggris (Premier League) 2022/23 dari Manchester City.

INDOSPORT.COM – Arsenal harus menerima kenyataan pahit berpotensi terpeleset dalam perburuan gelar Liga Inggris (Premier League) 2022/23 dari Manchester City.

Potensi ini terbuka lebar menyusul kekalahan tim berjuluk The Gunners itu dari Man City pada pekan ke-33 Liga Inggris 2022/23, Kamis (27/04/23).

Bertanding di markas lawannya tersebut, Arsenal harus menerima kenyataan digulung oleh The Citizens, julukan Man City, dengan skor 1-4.

Man City mampu unggul 2-0 pada babak pertama lewat gol cepat dan gol telat Kevin De Bruyne di menit ke-7 dan John Stones di menit ke-45+1.

Lalu di babak kedua, Arsenal kembali mendapati gawangnya kebobolan dua gol lagi lewat De Bruyne dan Erling Haaland, serta hanya mampu membalas satu gol lewat Rob Holding.

Baca Juga

Kekalahan dari Manchester City ini membuat peluang Arsenal mengakhiri puasa gelar Liga Inggris sejak 2004 pun berpotensi sirna.

Meski masih duduk di puncak klasemen dan unggul dua poin atas Man City, posisi tim asal London Utara itu belum sepenuhnya aman.

Baca Juga

Sebab, Arsenal telah bertanding dua kali lebih banyak ketimbang Man City. Andai The Citizens mampu menang di dua tabungan laganya itu, maka posisi The Gunners tergusur.

Kondisi ini pun terbilang miris bagi Arsenal. Sebab, tim arahan Mikel Arteta ini sempat unggul delapan poin atas Man City dan berpeluang jadi juara.

Namun apa daya, Arsenal seperti kehilangan bensin jelang akhir musim dan berpotensi gelar di depan mata direbut Manchester City. Apa penyebab The Gunners mulai kehabisan bensin?

Baca Juga

1. Faktor Skuad

Ekspresi kekecewaan pemain Arsenal usai Harry Kane mencetak gol kedua untuk Tottenham Hotspur (13/05/22). (Foto: REUTERS/David Klein)

1. Pengalaman

Pengalaman menjadi faktor terbesar sebuah tim berpeluang meraih gelar, selain diperlukannya mental pemenang untuk merengkuh gelar.

Untuk faktor ini, Arsenal tampaknya tak memiliki pengalaman tersebut, meski telah mendatangkan pemain berlabel juara seperti Gabriel Jesus, Oleksandr Zinchenko, dan Jorginho.

Para pemain berlabel juara ini seakan tak bisa menutupi pengalaman para pemain Arsenal yang masih terbilang ‘bau kencur’ atau nir pengalaman.

Tak percaya? Di Liga Inggris 2022/23 ini, Arsenal menjadi tim termuda dengan rataan usia 24,4 tahun atau rata-rata berusia di bawah 25 tahun.

Para pemain muda ini masih minim pengalaman untuk menghadapi tekanan guna meraih gelar juara, berbanding terbalik dengan Manchester City yang memang sudah solid dan punya pengalaman dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga

2. Kedalaman Skuad

Sadar atau tidak, kedalaman skuad Arsenal jauh dari label tim juara, karena adanya ketimpangan antara 11 pemain utama dan pemain cadangan.

Hal ini terlihat dari absennya William Saliba. Arsenal yang sebelumnya sulit kebobolan, harus menerima kenyataan pertahanannya mudah dijebol lawan sejak absennya bek mudanya itu.

Baca Juga

Rob Holding selaku pengganti seakan tak bisa menutup peran Saliba yang selama ini penting dalam permainan Arsenal sepanjang 2022/23 ini.

Kedalaman skuad juga berpengaruh di sektor serangan, di mana para pemain cadangan seperti Eddie Nketiah, Reiss Nelson, dan Fabio Vieira tak mampu menutupi peran para pemain utama.

Bila dibandingkan dengan Manchester City, kedalaman skuad Arsenal tak ada apa-apanya. Sehingga wajar The Citizens bisa bersaing setiap musimnya di segala kompetisi.

Baca Juga

2. Arteta Juga Jadi Penyebab

Mikel Arteta saat laga Liga Inggris antara Arsenal vs Liverpool

3. Arteta Juga Layak Disalahkan

Selain karena faktor skuad, Mikel Arteta selaku pelatih Arsenal juga layak disalahkan dalam laju buruk The Gunners yang kehabisan bensin ini.

Hal ini tak lepas dari Team Management atau manajemen tim pelatih asal Spanyol itu, yang terlalu memaksakan kehendaknya terhadap timnya.

Di tengah kedalaman skuad yang tak mumpuni dan absennya Saliba, Arteta tetap memaksa Arsenal bermain menyerang dan lupa untuk fokus bertahan.

Pattern 4-3-3 yang digunakan pun seakan menjadi bumerang, mengingat absennya Saliba berpengaruh pada pertahanan Arsenal.

Seyogyanya, Arteta bisa mengurangi egonya untuk bermain menyerang nan indah, demi mendapati hasil, dengan mengubah formasi 4-3-3 menjadi formasi tiga bek.

Kebetulan formasi tiga bek itu berfungsi memperkuat pertahanan Arsenal sehingga sulit kebobolan dan mudah mencetak gol dalam skema serangan balik, yang cocok dengan skuad saat ini.

Hal ini terbukti dari hasil di laga kontra Manchester City, di mana Arteta yang tetap egois dengan keinginannya, membuat Arsenal hanya mampu menciptakan 0,4 xG (Expected Goals) dan mendapat 2,01 xGA (Expected Goals Against) ke pertahanannya.

ArsenalManchester CityMikel ArtetaIn Depth SportsOne Football

Berita Terkini