x

3 Cara Ampuh Inter Milan Runtuhkan Super Team Man City di Final Liga Champions

Rabu, 7 Juni 2023 20:46 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
Laga akbar final Liga Champions akan tersaji antara Manchester City vs Inter Milan, Minggu (11/06/23), bagaimana cara Inter Milan bisa menggondol juara?(Foto: REUTERS/Alessandro Garofalo)

INDOSPORT.COM - Laga akbar final Liga Champions musim 2022/23 akan tersaji antara Manchester City vs Inter Milan, Minggu (11/06/23). Bagaimana cara Inter Milan bisa menggondol trofi juara?

Banyak yang beranggapan ini bukanlah partai ideal lantaran Inter Milan bukanlah tim unggulan pada kompetisi Liga Champions pada musim ini. 

Namun kenyataannya, Inter Milan sanggup menembus final usai menyingkirkan klub-klub kuat seperti Benfica dan AC Milan. 

Di sisi lain, Man City tampil lebih perkasa dengan mengandaskan Bayern Munchen hingga Real Madrid, dua klub langganan final sekaligus pengoleksi gelar terbanyak. 

Baca Juga

Semua pencinta sepak bola setuju jika Manchester City menjadi top 3 atau bahkan klub terbaik di dunia saat ini. Klub kaya raya yang diasuh Pep Guardiola itu baru saja menjuarai Liga Inggris dan Piala FA. 

Treble winner pun sangat mungkin diraih The Citizens. Mereka memiliki skuat yang apik dimotori oleh Kevin De Bruyne dan Erling Haaland serta pelatih berpengalaman seperti Pep Guardiola. 

Bahkan, final Liga Champions kali ini adalah yang kedua dalam tiga musim bagi Man City. Namun demikian, bola adalah bundar, artinya segala kemungkinan bisa terjadi. 

Baca Juga

Untuk itu, bagi para Interisti, jangan keburu minder ketika Nerazzurri harus bertarung menghadapi tim terbaik dunia di puncak final Liga Champions Eropa. 

Mengapa? karena dari sisi sejarah saja, sejumlah tim non-unggulan mampu meraih gelar, misal AC Milan tahun 1994, Liverpool 2005, dan bahkan Chelsea 2021. 

Nama klub terakhir sendiri juara usai mengandaskan Man City di final. Kegagalan itu sampai membuat Pep Guardiola dan Kevin De Bruyne cs frustasi tak percaya. 

Lalu, bagaimana kira-kira cara Inter Milan asuhan Simone Inzaghi menjatuhkan Super Team Machester City pada laga Final Liga Champions nanti?

Baca Juga

1. Performa Jomplang Man City dan Inter

Momen para pemain Manchester City angkat trofi Liga Inggris 2022/2023. (Foto: REUTERS/Lee Smith)

Tak ada yang meragukan kualitas Man City. Bahkan, julukan super team pun layak disematkan kepada mereka. 

Bagaimana tidak, City sukses menjadi juara Liga Inggris dengan torehan 94 gol dan hanya 33 kali kebobolan. 

Dari 94 gol itu, lebih dari sepertiganya disumbang oleh Erling Haaland dengan 36 gol yang mencatatkan namanya di buku sejarah pencetak gol terbanyak dalam semusim Liga Inggris. 

City mempunyai skuat lengkap. Di Liga Inggris misalnya, mereka punya pengumpan-pengumpan andal seperti Kevin De Bruyne (18 assist), Riyad Mahrez (10 assist), Jack Grealish (7 assist), hingga Erling Haaland sendiri dengan 8 assist. 

Sementara itu, Haaland bukan satu-satunya mesin gol. City punya pencetak gol yang merata di lini tengah. Sebut saja Phil Foden (11 gol), Julian Alvarez (9 gol), Ilkay GUndogan (8 gol), dan Kevin De Bruyne (7 gol). 

Itu artinya, City tak pernah kehabisan potensi mencetak gol. Bahkan raihan rata-rata distribusi gol Man City adalah yang terbaik di antara lima liga top Eropa. 

Baca Juga

Sebaliknya, Inter Milan kesulitan di liga. Skuat asuhan Simone Inzaghi hanya finis di posisi ketiga dengan catatan 72 gol dan 42 kebobolan. 

Inter juga menderita 12 kekalahan di liga berbanding City yang hanya 5 kali. Selain itu, Inter cuma punya Lautaro Martinez sebagai mesin gol dengan "hanya" 21 gol di Liga Italia. 

Baca Juga

Disusul oleh Romelu Lukaku yang belakangan tampil gacor dengan 10 gol dan ada Edin Dzeko dengan 9 gol. 

Dari segi assist, 7 adalah jumlah terbanyak yang bisa dicetak satu pemain inter di liga. Bandingkan dengan De Bruyne yang sudah membuat 18 assist. 

Lalu, bagaimana kira-kira cara Inter Milan asuhan Simone Inzaghi menjatuhkan Super Team Machester City pada laga Final Liga Champions nanti?

1. Bermain Pragmatis

Sepak bola pragmatis bukanlah hal baru di kompetisi sekelas final Liga Champions. Dalam dua dekade terakhir, kita telah menyaksikan sejumlah tim dengan permainan pragmatis menggondol trofi juara. 

Sebut saja Porto (2004), Inter Milan (2010), Chelsea (2012), dan Chelsea (2021). Dalam sepak bola, para juaralah yang dicatat dalam buku sejarah Liga Champions. 

Orang pada akhirnya tak akan mempermasalahkan bagaimana tim tersebut mampu meraih kemenangan di final. Untuk itu, tak ada jalan lain bagi Inter untuk bermain pragmatis. 

Sepak bola pragmatis bisa diterjemahkan sebagai parkir bus alias bertahan total dengan mencuri kesempatan serangan balik. Cara ini akrab dengan Jose Mourinho. 

Baca Juga

Inter Milan pun pernah melakukan hal ini dalam perjalanan mereka meraih gelar Liga Champions 2010 di bawah Mourinho. Untuk itu, tak perlu malu bagi Nerazzurri mengulangi hal yang sama. 

Apalagi, Simone Inzaghi memiliki taktik 3-5-2 yang sangat cocok untuk strategi semacam ini. 

Inzaghi bisa menarik gelandangnya seperti Robin Gosens dan Denzel Dumfries di sisi flank untuk mundur ke belakang membantu lini pertahanan yang digawangi Stefan de Vrij, Alessandro Bastoni, dan Matteo Darmian atau pun Milan Skriniar tergantung siapa yang diturunkan. 

Sehingga ada lima pemain akan menumpuk di belakang. Lalu Inter akan dapat bantuan dari Nicolo Barela, Brozovic, hingga Galiardini dari tengah untuk membantu pertahanan. 

Mungkin lini serang hanya menyisakan salah satu dari Lautaro Martinez atau Romelu Lukaku. Dengan catatan bola langsung dialirkan ke Hakan Calhanoglu sebagai motor serangan balik, atau langsung mengirim bola direct ke sisi jauh lapangan. 

Meski dijuluki super team, tapi Manchester City tidaklah invincible. Faktanya, mereka sudah merasakan lima kekalahan di Liga Inggris yang di antaranya berasal dari Brentford (back-to-back). 

Di atas kertas, Brentford bukanlah tandingan City, tetapi mereka berhasil menang karena bermain dengan cara pragmatis. 

Bahkan, Spurs dan Liverpool yang sukses menjungkalkan City juga memakai cara yang sama meski tak seekstrem Brentford. Inter Milan pun bisa meniru cara ini pada final Liga Champions nanti. 

Baca Juga

2. 2. Tampil Tanpa Tekanan

Selebrasi pemain dan pelatih Inter Milan Simone Inzaghi merayakan dengan trofi usai memenangkan Coppa Italia. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)

Bermain sebagai underdog memberikan keuntungan dari segi mental. Alih-alih minder, mereka justru bisa tampil tanpa tekanan alias bermain lepas. 

Saat ini, tekanan besar ada pada kubu Manchester City. Sebab ini adalah final kedua mereka setelah 2021. 

Jika kalah lagi melawan tim yang di atas kertas bisa mereka taklukkan, maka bukan tak mungkin Pep hingga para pemain senior akan merasakan 'kegilaan' melebihi apa yang dirasakan skuat AC Milan saat dikandaskan Liverpool di Istanbul 2005. 

Biasanya, tim yang tampil dengan tekanan tinggi justru bakal tampil grogi dan bahkan kehilangan kemampuan terbaiknya. Hal ini sering terjadi di panggung sebesar Liga Champions atau bahkan Piala Dunia. 

Untuk itu, cukup bagi Inter Milan untuk bermain percaya diri, ngotot, dan ulet sehingga memberikan rasa frustasi City sampai perlahan kepercayaan diri skuat asuhan Pep runtuh kemudian datang kesempatan bagi Nerazzurri untuk mencuri gol. 

3. Provokasi dan Perlambat Permainan

Provokasi menjadi salah satu cara lain bagi sebuah tim untuk memenangi laga. Cara ini biasanya dilakukan oleh tim non-unggulan untuk menang. 

Bentuk-bentuk provokasi bermacam-macam, mulai dari mengulur-ulur waktu, memancing emosi pemain lawan, hingga menciptakan keributan-keributan kecil. 

Cara ini akan efektif dilakukan Inter untuk memancing emosi para pemain City. Biasanya, pemain yang tengah emosi akan sulit mengeluarkan permainan terbaik dan bahkan gagal menjalankan taktik dengan benar. 

Selain itu, dengan menciptakan keributan kecil hingga mengulur-mengulur waktu, permainan Man City pun akan tersendat. 

Dengan kata lain, Man City asuhan Pep Guardiola tidak bisa memainkan sepak bola mereka dengan bebas dan tanpa distraksi. 

Strategi memotong flow permainan lawan akan efektif dipraktikan Inter Milan dalam partai sebesar Final Liga Champions. 

Apalagi jika pemain lawan sampai mendapat kartu kuning hingga merah. Meski begitu, Inter Milan juga harus tetap waspada, sebab bisa jadi para pemain mereka yang akan diusir keluar lapangan. 

Pertandingan sepak bola bukanlah soal teknis semata, tetapi faktor non-teknis seringkali menentukan. Hal inilah salah satu cara yang bisa dimanfaatkan Inter Milan untuk meruntuhkan super team Manchester City di Final Liga Champions mendatang.

Liga ChampionsInter MilanPep GuardiolaSimone InzaghiTRIVIABerita Liga Champions Eropa

Berita Terkini