In-depth

Rope-a-dope: Strategi Jenius yang Buat Muhammad Ali Juara Kelas Berat

Jumat, 30 Oktober 2020 17:16 WIB
Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Neil Leifer/Sports Illustrated via Getty Images
Dalam tinju, ada sebuah strategi bernama rope-a-dope yang diciptakan oleh Muhammad Ali dan berhasil membuatnya merebut sabuk juara dunia. Copyright: © Neil Leifer/Sports Illustrated via Getty Images
Dalam tinju, ada sebuah strategi bernama rope-a-dope yang diciptakan oleh Muhammad Ali dan berhasil membuatnya merebut sabuk juara dunia.

INDOSPORT.COM - Dalam tinju, ada sebuah strategi bernama rope-a-dope yang diciptakan oleh Muhammad Ali dan berhasil membuatnya merebut sabuk juara dunia.

Terbang seperti kupu-kupu, menyengat seperti lebah. Itu adalah kata-kata terkenal yang pernah keluar dari mulut salah satu petinju terbaik dunia, Muhammad Ali.

Kata-kata itu sendiri diucapkan Ali untuk mendeskripsikan gaya pertarungannya yang lincah dan indah seperti kupu-kupu. Namun, di balik keindahannya, teknik bertarungnya tetap keras dan berhaya seperti sengatan seekor lebah.

Sepanjang kariernya sebagai seorang petinju, Muhammad Ali yang sebelumnya memiliki nama Cassius Marcellus Clay sudah melakoni banyak laga, sejak memulai debut profesional melawan Tunney Hunsaker pada 29 Oktober 1960 silam.

Setelah debutnya tersebut, Muhammad Ali sukses melakoni 31 pertandingan dengan kemenangan beruntun, sebelum akhirnya dihentikan oleh Joe Frazier pada 8 Maret 1971.

Melansir data yang ada di situs BoxRec, Muhammad Ali sepanjang karier profesionalnya sudah melakoni 61 pertandingan. Selama itu, ia mampu mencatatkan 56 kemenangan dengan 37 di antaranya lewat cara membuat KO lawan.

Dari banyaknya pertandingan tinju yang sudah dilakoni, ada satu laga yang begitu spesial karena membuatnya tak hanya meraih sabuk juara, tapi juga menciptakan sebuah gaya pertarungan baru.

Pertandingan tersebut adalah ketika ia berhadapan dengan sesama petinju asal Amerika, George Foreman yang terjadi pada 30 Oktober 1974, tepat 46 tahun yang lalu.

Rumble in the Jungle dan Lahirnya Rope-a-dope

Sebelum membahas detail pertandingan melawan George Foreman, perlu diketahui medio 1967 hingga 1974 adalah salah satu masa pencobaan terberat dalam karier Muhammad Ali sebagai petinju.

Pada 1967, ia mendapat larangan bertanding lantaran menolak bergabung dengan tentara Amerika. Buntut dari keputusan itu sendiri membuat Ali dicopot dari seluruh sabuk juara yang ia miliki.

Barulan pada 1970, Ali kembali mendapat izin untuk bisa bertanding tinju, yang tak lama setelahnya ia merasakan kekelahan perdana dalam kariernya kala berhadapan dengan Joe Frazier di Madison Square Garden.

Kondisi Muhammad Ali itu jauh berbeda dengan Foreman yang sedang berada dalam masa jayanya. Setelah meraih medali emas di Olimpiade 1968, Foreman muncul sebagai kekuatan baru di dunia tinju profesional kelas heavyweights.

Melihat kondisi tersebut, Don King, salah satu promotor terkemuka berhasil mendapatkan tanda tangan Ali dan Foreman untuk setuju bertarung. Selain menjadi promotor, Don King juga yang berperan membuat laga Ali dan Foreman tak terjadi di Amerika.

Ya, biasanya pertandingan tinju dengan nama-nama besar akan terjadi di Amerika. Namun, untuk laga antara Ali vs Foreman, Don King memilih Stade Tata Raphael di Zaire sebagai venue pertandingan yang dikenal dengan nama The Rumble in the Jungle.

Dilansir dari BoxRec, ada kejadian unik sebelum pertandingan, yang menyatakan Foreman dan rekan-rekannya sempat berdoa di ruang ganti. Uniknya, doa itu memohon agar Muhammad Ali tidak tewas setelah mendapat pukulan keras Foreman.

Sekilas doa itu seperti bercanda, namun kenyataanya tidak. Foreman memang dikenal sebagai petinju yang memiliki pukulan keras. Tidak jarang banyak lawan yang tak sadarkan diri usai menerima pukulannya.

Mengetahui kekutan lawannya, di sinilah kejeniusan Muhammad Ali sebagai petinju muncul. Ia ternyata sudah menyiapkan strategi yang membuat Foreman tertunduk malu.

Di ronde-ronde awal pertandingan, Ali dengan sengaja berdiri di dekat tali pembatas ring. Biasanya posisi itu dijauhi oleh petinju karena membuat sulit menghindari pukulan lawan.

Seperti yang diduga, Ali pun mendapat banyak pukulan dari Foreman. Terpojok di pinggir ring, Ali mencoba terus bertahan sembari mencuri kesempatan memukul balik.

"Ketika dia melangkah ke arah tali pembatas ring, saya benar-benar muak. Berkali-kali saya teriak agar ia menjauhi tali pembatas," ujar pelatih Ali, Angelo Dundee dikutip dari BoxRec.

Alih-alih mendengarkan instruksi pelatih, Ali tetap melakukan strategi yang sama dengan alasan ia tahu yang ia lakukan akan berakhir baik.

Ternyata Ali memang sengaja memanfaatkan tali pembatas ring untuk menahan efek pukulan dari Foreman. Dengan memanfaatkan gerak pantul, Ali jadi tidak perlu bersusah payah untuk bisa tetap berdiri setelah menerima pukulan Foreman.

Lewat strategi tersebut, rupanya Ali ingin membuat Foreman kehabisan tenaga. Benar saja, menurut penuturan Ali, meski ada yang tidak bisa ia tangkis, pukulan dari Foreman setiap rondenya menjadi melemah.

Melihat Foreman yang sepertinya sudah letih, Ali pun coba memprovokasi dengan menantang lawannya itu memukul lebih keras. Ali bahkan berbohong dengan mengatakan seluruh pukulan Foreman tak ada yang menyakitinya.

Barulah menjelang akhir ronde kedepalan, Ali yang sebelumnya menahan diri mulai mengeluarkan serangan bertubi-tubi ke arah Foreman. Hasilnya, Foreman pun jatuh dan tak mampu berdiri setelah wasit melakukan hitungan ke-10.

Dari pertandingan Rumble in the Jungle tersebut, Muhammad Ali meraih dua sabuk juara heayvweight versi WBA dan WBC. Selain itu ia juga menciptakan dan mempopulerkan strategi memanfaatkan tali pembatas ring tinju, yang kemudian dikenal dengan istilah rope-a-dope.