In-depth

The Fan Man: Insiden 'Parasut' dan Akhir Tragis Penggangu Evander

Kamis, 12 November 2020 10:21 WIB
Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Getty Images
Laga tinju antara Evander Holyfield vs Riddick Bowe pada 1993 silam sempat diganggu oleh seorang pria bernama James Miller, yang menjuluki dirinya The Fan Man. Copyright: © Getty Images
Laga tinju antara Evander Holyfield vs Riddick Bowe pada 1993 silam sempat diganggu oleh seorang pria bernama James Miller, yang menjuluki dirinya The Fan Man.

INDOSPORT.COM - Laga tinju antara Evander Holyfield vs Riddick Bowe pada 1993 silam sempat diganggu oleh seorang pria bernama James Miller, yang menjuluki dirinya The Fan Man.

Dalam pertandingan sepak bola, kerap kita temui kejadian-kejadian unik. Salah satunya yang paling sering adalah ketika penonton nekat masuk ke lapangan saat pertandingan berlangsung atau sering disebut pitch invasion.

Salah satu yang sempat menyita perhatian adalah ketika empat orang secara bersamaan masuk ke laga final Piala Dunia 2018 antara Prancis melawan Kroasia.

Aksi-aksi pitch invasion sendiri memang bukan barang baru dalam sebuah pertandingan atau kompetisi olahraga. Meski menghadirkan sesuatu yang unik, insiden-insiden itu sendiri pasti bisa menggangu konsentrasi atlet yang bertanding.

Dalam sejarahnya, selain sepak bola, pertandingan tinju juga pernah mengalami yang namanya pitch invasion. Menariknya, pitch invasion dalam tinju pernah ada yang nyaris mengancam nyawa sang pembuat onar.

Kejadian itu sendiri terjadi saat pertarungan spektakuler dua petinju kelas berat terbaik dunia, yakni Evander Holyfield melawan Riddick Bowe pada 6 November 1993 di Caesars Palace, Las Vegas Amerika Serikat.

Pertandingan itu sendiri menjadi ajang balas dendam bagi Evander, yang di pertemuan sebelumnya pada 13 November 1992, Bowe menghentikan rekor 28 kemenangan beruntunnya.

Mirip seperti pertandingan pertama keduanya, Evander dan Bowe sama-sama menampilkan aksi saling pukul yang memukau para penonton. Keduanya sama-sama agresif melakukan serangan demi membuat KO lawan.

Namun, di tengah-tengah ronde ketujuh tengah berlangsung, tiba-tiba saja terjadi sebuah insiden yang terpaksa membuat wasit mengambil keputusan menunda laga untuk sementara waktu.

Dari arah atas Caesar Palace yang terbuka, tiba-tiba turun seorang pria menggunakan helm dengan pakaian berwarna oranye. Di punggungnya terlihat ada sebuah benda berbentuk seperti kipas angin besar dan juga sejumlah tali yang terpasang ke sebuah parasut.

Pria itu kemudian dikenali dengan nama James Miller, seorang lulusan Programi Komputer Universitas Alaska. Orang-orang terdekatnya menyebut pria kalahiran 28 Oktober 1963 itu memang menggemari olahraga parasut dan paraglider.

Saat aksinya dalam laga Evander vs Bowe, James Miller yang menjuluki dirinya Fan Man sudah berkeliling-keliling di atas Caesar Palace selama 10 menit. Namun, salah satu tali parasutnya tersangkut di salah satu lampu venue.

Akibatnya, ia pun kehilangan kendali dan terjatuh tempat ke pinggir ring pertandingan Evander dan Bowe. Sial bagi James, ketika tubuhnya mendarat, ali-ali mendapat sorokan, ia justru mendapat bogem mentah dari pihak keamanan dan penonton.

Setelah tak sadarkan diri, pria yang memiliki enam adik tersebut dilarikan ke rumah sakit. Para penonton Caesar Palace pun saat itu berebut potongan-potongan dari parasut yang digunakan James Miller.

Akibat aksinya tersebut, Miller sempat ditahan oleh pihak keamanan, namun bebas dengan jaminan. Miller pun sempat bercanda saat ditanyai soal kejadian tersebut.

"Itu adalah pertarungan kelas berat dan saya jadi satu-satunya orang yang mengalami KO," canda James Miller dikutip dari The Telegraph.

Candaan Miller itu sendiri memang benar adanya. Dalam pertarungan antara Evander vs Bowe, yang tetap dilanjutkan, keduanya tidak ada yang KO. Hanya saja dewan juri memutuskan bahwa Evander unggul secara poin atas Bowe.

Terulang di Piala FA dan Akhir Tragis Fan Man

Sudah membuat kehebohan dan menerima banyak pukulan setelah aksinya di laga Evander vs Bowe, James Miller nampaknya masih belum kapok melakukan tindakan-tindakan ekstrem.

Pada 9 Januari 1994, ia melakukan aksi melompat dengan paraglidernya di ketinggian 1.000 kaki dari Los Angeles Memorial Coliseum, yang sempat menggangu NFL antara Denver Broncos vs Los Angeles Raiders.

Tidak hanya di Amerika, yang notabene tanah kelahirannya, James Miller juga mulai berani melakukan aksi-aksi gilanya di negara lain, tepatnya ketika ia mengunjungi Inggris pada 1994 silam.

Ketika laga antara Bolton Wanderers vs Arsenal di babak keempat Piala FA tengah berlangsung, James dengan entengnya terbang rendah di atas Stadion Burnden Park. Ia pun kemudian dijatuhi hukuman tujuh hari tahanan dan diportasi dari Inggris.

Lagi-lagi tak kapok, pada 5 Februari 1994, Miller kembali membuat kehebohan di Inggris. Menggunakan paragliding miliknya, Miller tanpa takut memilih mendarat di atas istana Buckingham Palace. Atas aksinya itu, Miller dilarang datang ke Inggris lagi seumur hidupnya.

Setelahnya, Miller beberapa kali masih sering melakukan aksi berbahaya dengan paragliding miliknya. Namun, ia juga tetap mencari nafkah dengan bekerja sebagai pekerja di sebuah toko komputer.

Sebuah kabar mengejutkan tentang Miller pun datang pada 22 September 2002. Ia dilaporkan hilang dan mobilnya ditemukan kosong di piinggir jalan Hutan Chugach.

Setelah dilakukan pencarian selama satu minggu, tubuh James Miller pun sudah ditemukan tak bernyawa. Hasil otopsi menyebut ia tewas setelah melakukan gantung diri.