Selesai Kursus Kepelatihan Lisensi C AFC Ini yang Dirasakan Supardi

Selasa, 5 Desember 2017 19:46 WIB
Penulis: Arif Rahman | Editor: Abdurrahman Ranala
© Arif Rahman/INDOSPORT
Bek Persib Bandung, Supardi Nasir. Copyright: © Arif Rahman/INDOSPORT
Bek Persib Bandung, Supardi Nasir.

Bek sayap Persib Bandung, Supardi Nasir baru saja menyelesaikan kursus kepelatihan lisensi C AFC di Sawangan, Depok, sejak 18 hingga 30 November 2017. Dari kursus tersebut, ia mendapatkan banyak pelajaran berharga.

Menurut Supardi, pada kursus kepelatihan tersebut mantan pelatih Barito Putera, Mundari Karya dan Bambang Nurdiansyah menjadi istruktur. Sedangkan Emral Abus bertindak sebagai mentor.

Saat menjalankan program kurusus kepelatihan, Supardi baru merasakan sulitnya menjadi seorang pelatih. Karena, selama ini, ia menganggap tugas pelatih tidak terlalu sulit.

"Enggak gampang jadi pelatih. Jadi jangan menghujat pelatih. Aku sadar baru sekarang, kalau dulu mikirnya jadi pelatih itu gampang," kata Supardi, Selasa (05/12/17).

© INDOSPORT/Arif Rahman.
Bek kanan Persib Bandung, Supardi Nasir. Copyright: INDOSPORT/Arif Rahman.Bek kanan Persib Bandung, Supardi Nasir.

Supardi bahkan meminta maaf kepada Syamsudin Umar mantan asisten pelatih Timnas Indonesia di masa Ivan Kolev, karena Supardi sempat mengeluh mengenai program latihan yang diberikan.

"Aku sampai ngomong sama Pak Syamsudin, dia asistennya Kolev di Timnas 2007, kemarin ngambil bareng kita, dia sudah tua tapi semangat belajarnya masih ada. Saya bilang, saya minta maaf, dulu kalau latihan fisik ngeluh-ngeluh. Saya baru tahu jadi pelatih itu susah," jelasnya.

© Instagram
Markus Harison, Supardi, dan Maman tmpak antusias mengikuti kursus kepelatihan Copyright: InstagramMarkus Harison, Supardi, dan Maman tampak antusias mengikuti kursus kepelatihan

Setelah mengikuti kursus kepelatihan, Supardi mengaku jika pelatih merupakan sosok yang pintar di dalam tim dan memiliki tugas yang berat untuk bisa memecahkan kesulitan saat menghadapi pertandingan.

"Seorang Pelatih itu pasti orang pintar karena dia harus se-per-sekian detik mikir apa yang harus dibuat untuk tim ini. Kita hanya 90 menit fokus di lapangan. Tapi satu hari satu malam belum cukup untuk memikirikan apa yang harus dilakukan besok. Belum kalau lawannya kuat, belum kalau tim ini kalah," tegasnya.