x

Belajar dari AC Milan, 'Guru' yang Cocok untuk Atasi Krisis Finansial Barcelona

Minggu, 26 Juni 2022 20:37 WIB
Editor: Isman Fadil
Para pemain Barcelona tertunduk lesu usai kebobolan saat melawan Real Socieadad.

INDOSPORT.COM - Krisis finansial memang tengah menjangkiti tubuh Barcelona. Hal tersebut membuat Blaugrana harus berutang untuk menutup krisis yang sedang berada di tubuh mereka.

Utang Barcelona dikabarkan telah mencapai jutaan euro dan itu pun belum terbayarkan penuh 100 persen. Atas adanya penyakit tersebut akhirnya turut membuat Barcelona pusing tujuh keliling dalam menentukan target transfer mereka.

Baca Juga

Belum lagi batas pengeluaran mereka untuk menggaji pemain juga telah dipangkas hinggake ambang batas oleh LaLiga selalu penyelenggara Liga Spanyol.

Hal itu mengakibatkan El Barca dilarang untuk mendaftarkan pemain baru hingga mereka mampu menyeimbangkan neraca pembukuan mereka. Permasalahan yang mengakibatkan kekritisan itu ternyata tidak berhenti sampai disitu.

Jurnalis Gerar Romer mengabarkan bahwa Barcelona dilaporkan berutang 50 juta euro atau sekitar Rp799 miliar kepada salah satu pemainnya.

Baca Juga

Pemain yang dimaksud oleh sang jurnalis tak lain dan tak bukan adalah sang wakil kapten tim, Gerard Pique.

Mantan bek Manchester United itu sendiri telah menjadi bagian dari Barca sejak 2008 dan menjadi salah satu wakil kapten yang rela gajinya dipangkas oleh pihak klub.

Dalam skuad Barcelona sendiri, Pique merupakan pemain dengan penerimaan gaji tertinggi setelah kepergian Lionel Messi.

Baca Juga

Uniknya, saat pihak klub memangkas gaji sang pemain, Pique juga dikabarkan mau menyepakai kontrak baru dengan Barcelona hingga Juni 2024.

Sungguh sesuatu yang pelik untuk mengatasi sebuah krisis finansial di dalam klub sebesar Barcelona.


1. Belajar dari AC Milan

Pemain AC Milan, Olivier Giroud melakukan selebrasi dengan trofi juara Liga Italia 2021/2022. Foto: REUTERS/Alberto

Krisis yang dialami Barcelona ternyata juga pernah menjangkiti sang juara tujuh kali Liga Champions asal Italia, AC Milan.

Setelah terakhir kali juara Liga Italia pada musim 2010/2011, penampilan Rossoneri julukan AC Milan terlihat inkonsisten, bahkan beberapa kali mereka kerap terlempar dari empar besar klasemen.

Baca Juga

Kemrosotan AC Milan paling terasa adalah setelah mereka mengarungi musim kompetisi 2012/2013. Semenjak saat itu, kemunduran demi kemunduran dialami oleh rival sekota Inter Milan itu.

Apesnya, kemunduran itu mereka rasakan selama tujuh tahun beruntun dari musim 2012/2013 hingga 2019/2020. Akibatnya mereka tak mampu lagi merasakan persaingan turnamen Eropa seperti Liga Champions.

Era kelam AC Milan mulai menunjukkan keruntuhan ketika Elliot Management Corporation mengambil alih klub dari tangan investor China, Li Yonghong pada tahun 2018.

Setelah Elliot Management mengambil alih, perlahan kondisi keuangan AC Milan mulai membaik meski secara prestasi mereka belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Akan tetapi itu adalah sebuah awal yang segar bagi Milan.

Pada musim perdana pengambil alihan itu, AC Milan hanya mampu duduk di posisi lima klasemen akhir dan menjadi runner-up Supercoppa Italiana.

Baca Juga

Prinsip ekonomi begitu dipegang teguh oleh Elliot Management, dimana mereka mengeluarkan sekecil mungkin uang untuk hasil yang maksimal. Wajar, AC Milan memang masih terjerat Financial Fair Play.

Pelan tapi pasti, strategi sang pemilik baru dalam perihal transfer akhirnya membuahkan hasil yang positif.

Beberapa kebijakan transfer Elliot Management antara lain berupa merekrut pemain muda terbuang hingga mendatangkan bintang senior dengan harga miring. Sebut saja, pembelian Zlatan Ibrahimovic, Olivier Giroud dan Pierre Kalulu.

Baca Juga

Ketiga pemain tersebut didatangkan dari AC Milan dengan harga miring akan tetapi mampu mendongkrak performa tim.

Terlebih ketika Giroud berhasil menorehkan dua gole ketika bersua Sassuolo di pekan terakhir musim lalu. Torehan Giroud itu pun akhirnya mampu memastikan AC Milan merengkuh gelar juara Liga Italia .


2. Percaya Pada Pemain Muda dan Sang Pelatih

Pemain AC Milan Theo Hernandez melakukan selebrasi bersama pelatih Stefano Pioli usai menjuarai Liga Italia 2021/2022. Foto: REUTERS/Alberto Lingria

Tak cuma pemain, kejelian manajemen dalam memilih pelatih juga jadi faktor kuat AC Milan saat menjuarai Liga Italia musim ini.

Mendatangkan Stefano Pioli yang belum punya catatan prestasi, tetapi AC Milan berani memberikan kepercayaan untuk sang allenatore meramu skuadnya. Padahal, sebelumnya I Rossoneri begitu dekat dengan Ralf Rangnick.

Kepercayaan dan kebebasan Pioli tersebut ternyata jadi keuntungan buat Rossoneri. Terbukti, dari 136 pertandingan yang dijalani sejak 2019 silam, ada 77 kemenangan yang diraih AC Milan.

Kepiawaian Stefano Pioli memadukan para pemain muda serta bintang senior yang diboyong AC Milan secara gratis, terbukti jadi kekuatan utama tim sepanjang musim 2021/22.

Beberapa pemain muda yang sukses bersinar usai mendapat kepercayaan Stefano Pioli antara lain Rafael Leao (22 tahun), Pierre Kalulu (21), Brahim Diaz (22), hingga Daniel Maldini.

Penulis: Akwila Chris.

BarcelonaFinancial Fair PlayAC Milan

Berita Terkini