Fithri Syamsu: Darah Daging untuk Futsal

Minggu, 22 Oktober 2017 06:03 WIB
Editor: Ardini Maharani Dwi Setyarini
 Copyright:
Atlet Tak Menjanjikan

Profesional sudah berhenti, dong?

Sudah. Sejak 2013. Aku memilih bekerja di bidang yang gak jauh jalurnya dari kesukaanku, yakni futsal. (Fithri Syamsu saat ini bekerja di media yang menitik beratkan pada pemberitaan mengenai futsal).

Main futsal, tanding, tetap. Laga persahabatan masih dijalani. Untuk lebih meramaikan futsal, sebagai olahraga dan fun.

Tim futsal luar negeri yang bagus?

Iran. Keren banget. Futsal putra-putrinya. Lalu Thailand, putra-putrinya keren juga. Spanyol, Rusia, dan Argentina. Lima terbaik.

Leader di Asia, Iran dan Thailand tuh. 

Indonesia?

Indonesia itu sekelas dengan China. Tapi intinya ada di coach/pelatih sih. Pelatih yang bagus akan membawa timnya jadi bagus. Pelatih otak dari permainan. Nah Indonesia pernah dipegang sama coach yang pernah melatih Thailand juga tim-tim besar Eropa. Semoga lebih baik kemampuan tim Indonesia dipegang pelatih yang berpengalaman.

Berminat jadi pelatih?

Sampai saat ini belum terlalu berminat. Jadi coach gak gampang. Perlu skill baik dan jam terbang di pro yang banyak. Aku sudah berhenti di pro meski sekarang masih tanding biasa. Kalau ada yang minta ajarkan soal passing atau menembak bola, mungkin masih bisa aku arahkan. Tapi pelatih lebih dari itu dan tidak gampang. Apa yang aku bisa pasti aku bantu. Nah, aku gak yakin bisa untuk jadi coach.

Harus dari usia berapa main futsal untuk bisa sepiawai Fithri?

Hehehe, asalkan ada niat benar-benar, ibu-ibu atau anak-anak, tidak ada kata terlambat untuk bermain futsal. Memang menendang bola perlu teknik, namun siapa pun yang mau belajar pasti bisa. 

Kalau dari kecil lebih oke lagi. Dia masih bisa diarahkan dan bisa mengembangkan kemampuannya.

Berapa lama untuk mencapai tahap profesional?

Setengah tahun juga bisa jika dia benar-benar disiplin, niat, berlatih setiap hari dan ditambah dengan latihan di 'luar latihan'. Bisa di tingkat profesional. Intinya itu saja.

Kenapa keluar dari pro?

Alasan lebih ke personal. Memilih bekerja dan mengembangkan presenter. Mengembangkan konten di medsos untuk media tempat aku bekerja. Acara off air dan sebagainya. Tapi semua intinya untuk futsal. Main (futsal) masih.

Apa karena jadi atlet di Indonesia belum 'menjanjikan' masa depan cerah?

Salah satunya itu. Tapi hidup kan memang harus memilih. Meskipun gak (main) di pro, aku tetap mendukung dan main futsal. 

Gak minat masuk ke pemerintahan untuk lebih menyuarakan futsal?

Gak minat, hehehe. Aku lebih memilih jadi warga biasa yang mempublikasikan futsal dengan cara sendiri.

Selama ini kan masih banyak masyarakat yang lebih mengagung-agungkan sepakbola ketimbang futsal. Memang beda, tapi aku mau kasih tau kalau di futsal skill-skillnya pun gak kalah oke. 

Terpikir untuk memanajeri sebuah tim?

Mau banget. Cuma pasti harus benar-benar memanage waktunya dengan baik. Menjadi manager sebuah tim gak segampang membalikkan telapak tangan. Perlu diperhatikan agar jadi tim yang oke