Analisis Piala AFC Futsal U-20 Afghanistan vs Indonesia: Kalah 'Gara-gara Klopp Ikut Campur'

Kamis, 20 Juni 2019 21:20 WIB
Editor: Coro Mountana
© AFC
Afghanistan vs Indonesia Copyright: © AFC
Afghanistan vs Indonesia
Gegenpressing yang Kalahkan Garuda

Sejak sepak mula, Timnas Indonesia dikejutkan oleh gaya permainan Afghanistan yang menerapkan high pressing. Bahkan tak jarang para pemain Indonesia dipaksa bermain hingga ke dalam kotak penalti sendiri akibat ditekan dengan hebat oleh para pemain Afghanistan.

Kerap kali, Afghanistan memainkan formasi 1-3 yang membuat para pemain Timnas Indonesia terkurung di daerah pertahanannya sendiri di sepanjang babak pertama.

Tekanan tinggi yang dilakukan oleh para pemain Afghanistan sangat mirip dengan taktik Jurgen Klopp dalam ranah sepak bola.

© INDOSPORT
Jurgen Klopp, pelatih Liverpool. Copyright: INDOSPORTJurgen Klopp, pelatih Liverpool.

Pelatih Liverpool itu mempopulerkan taktik gegenpressing yang mana para pemain depan wajib memberikan tekanan kepada pemain bertahan lawan.

Tujuan dari taktik itu adalah mencoba merebut bola secepat mungkin sekaligus membuat lawan tidak bisa berkembang.

Dan memang benar saja Timnas Indonesia tidak bisa berkembang secara permainan karena selalu mendapatkan tekanan hebat dari pemain Afghanistan.

Akibatnya serangan yang bisa dilancarkan Indonesia sifatnya hanya sporadis yang cenderung spekulatif nan sia-sia.

© Ical/FFI
Timnas Futsal Indonesia saat melawan Timnas Futsal Vietnam. Foto: Ical/FFI Copyright: Ical/FFITimnas Futsal Indonesia saat melawan Timnas Futsal Vietnam. Foto: Ical/FFI

Beruntung memasuki babak kedua, Kensuke Takahashi mengubah gaya main Timnas Indonesia dengan ikut menerapkan pressing ketat. Alhasil taktik itu berhasil di mana para pemain Afghanistan kerap gelagapan ketika mendapat pressing ketat dari para pemain Indonesia.

Kesalahan elementer seperti bola kerebut dari para pemain Indonesia menjadi fenomena yang lumrah terjadi di babak kedua. Dua gol pun sukses diborong oleh Timnas Indonesia berkat strategi pressing ketat.

Singkat cerita taktik Jurgen Klopp yang identik dengan gegenpressing coba ditiru oleh Timnas Indonesia pada babak kedua walau tidak seketat aslinya atau versi Afghanistan.

Sebaliknya Afghanistan yang kaget dengan gaya main Indonesia mau tidak mau harus menerima kenyataan laga berlanjut ke babak perpanjangan waktu. Beruntung bagi Afghanistan karena mereka sempat buat satu gol di babak kedua.

Sayang di babak perpanjangan waktu, sangat terlihat jelas bila stamina dan fisik para pemain Indonesia sudah terkuras habis. Akibatnya, konsentrasi dan konsistensi yang dilakukan di babak kedua untuk melakukan pressing menjadi hilang seketika.

Akibatnya, adalah harga yang harus dibayar mahal di mana Afghanistan yang tetap setia dengan gegenpressing berhasil merengkuh gol ketiganya. Indonesia yang sadar bahwa laga itu adalah hidup mati mau tidak mau menerapkan sistem power play.

© bardral urayasu
Kensuke Takahashi pelatih timnas futsal Indonesia. Copyright: bardral urayasuKensuke Takahashi pelatih timnas futsal Indonesia.

Sayang kecerobohan kembali dilakukan di mana saat melakukan power play, ternyata para anchor di belakang melakukan kesalahan sehingga bola terebut oleh pemain Afghanistan. Gawang yang sudah ditinggalkan oleh kiper pun menjadi sasaran empuk untuk dijebol.

Di babak kedua perpanjangan waktu, Afghanistan tetap melakukan gegenpressing yang membuat Timnas Indonesia menjadi ragu dalam melakukan power play karena takut kerebut lagi bolanya. Satu gol berhasil diciptakan Timnas Indonesia di penghujung laga tapi itu tidak cukup.

Pada akhirnya, perjuangan Timnas Futsal Indonesia U-20 patut diberi acungan jempol karena sudah ada di level 4 besar Asia. Tapi evaluasi dan kritik tetap diperlukan agar adik-adik kita bisa membawa Garuda terbang lebih tinggi dalam percaturan futsal di Asia.

Satu evaluasi atau kritik yang menjadi urgensi dari Timnas Futsal Indonesia adalah masalah stamina agar bisa ditingkatkan lagi. Sehingga pada turnamen selanjutnya Timnas Indonesia bisa main konsisten di sepanjang laga.