Meskipun dikenal sebagai olahraga keras, pertarungan Mix Martial Arts (MMA) mulai mendapat tempat dalam masyarakaat Indonesia. Terbukti, dengan semakin banyaknya orang yang mendaftarkan diri sebagai petarung MMA.
Namun, para petarung-petarung itu umumnya sudah berusia 17 tahun ke atas dan tidak ada yang berusia 17 tahun ke bawah, alias anak-anak. Padahal di luar negeri tidak sedikit ajang pertarungan MMA yang menghadirkan kelas untuk anak-anak.
Terkait hal tersebut, Ardi Bakrie, selaku Ketua Umum Komite Olahraga Beladiri Indonesia (KOBI) mempunyai penjelasan tersendiri. Menurutnya, ajang tarung MMA untuk anak-anak di Indonesia memang pasti akan sulit terlaksana.
Laga MMA untuk anak-anak masih belum ada di Indonesia."Untuk urusan itu masalahnya cukup rumit. Kami tentunya tidak ingin terkendala oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)," ujar Ardi saat ditemui awak INDOSPORT di Britama Arena Mahaka Square, Jakarta beberapa waktu lalu.
"Ini saja untuk tayangan langsung di televisi, kita hanya boleh disiarkan di atas jam sembilan malam, dengan asumsi jam segitu anak-anak sudah tidur," tambahnya menjelaskan.
Pada kesempatan tersebut, Ardi menyatakan sebenarnya ingin sekali membuat kompetisi tarung MMA untuk level anak-anak. Pasalnya, ia menganggap MMA bisa menjadi sarana untuk mengurangi angka tawuran pelajar di Tanah Air.
Ardie Bakrie menilai MMA punya manfaat positif untuk mengurangi angka tawuran pelajar."Sebenarnya, saya punya pandangan olahraga MMA ini punya nilai positif untuk pemuda, khususnya remaja. Soalnya, banyak di antara mereka yang punya energi berlebih dan bingung untuk mencari sarana untuk mengalirkannya."
"Nah, dengan mengikuti MMA ini, mereka jadi bisa menyalurkan energi berlebih yang mereka miliki ke hal yang lebih bermanfaat. Mereka bisa menjadi giat berlatih dan berprestasi, ketimbang terlibat perkelahian yang jelas-jelas merugikan," pungkasnya.