Critic Sport

Punahnya Klub-Klub Olahraga Indonesia yang Membuat Prestasi Hanya Sekedar Mimpi

Senin, 26 September 2016 15:02 WIB
Penulis: Lanjar Wiratri | Editor: Tengku Sufiyanto
 Copyright:
Klub Bulutangkis dan Sepakbola yang Masih Bertahan

Klub-klub olahraga yang masih aktif di Indonesia mungkin bisa dihitung dengan jari. Bulutangkis dan sepakbola menjadi cabang olahraga yang pengelolaan klubnya berjalan dengan baik.

Bulutangkis memang masih menjadi cabang olahraga (cabor) andalan Indonesia untuk berprestasi di kancah internasional. Sedangkan sepakbola merupakan olahraga yang sangat disukai masyarakat Tanah Air.

Klub PB Djarum, Jaya Raya, PB Tangkas, menjadi nama-nama klub bulutangkis yang berperan besar melahirkan banyak atlet berprestasi yang meraih prestasi tertinggi hingga Olimpiade. Namun para klub itu pun belum sepenuhnya mengikuti perkembangan zaman. Tidak seperti Malaysia, yang nyatanya punya klub dengan pengelolaan atlet dengan cara lebih maju.

“Mereka sudah lebih dahulu menerapkan sport science dibanding kita. Sekarang kita belum pakai, sudah mulai diterapkan tapi saya belum lihat sampai ke bawah pembinaan bulutangkis se-Indonesia,” ujar Sigit Pamungkas, pelatih yang membawa Markis Kido/Hendra Setiawan meraih emas Olimpiade Beijing 2008.

“Di sini, klub-klub sudah maju sport science-nya, kalau di kita belum kelihatan. Hanya segelintir klub saja yang mungkin sudah terapkan,” tambahnya.

Di luar klub bulutangkis, ada klub-klub sepakbola Indonesia yang masih bertahan menyumbang para pesepakbola untuk masuk Tim Nasional (Timnas). Namun deretan klub sepakbola Indonesia pun tak sepenuhnya profesional.

Untuk klub-klub papan atas seperti Persib Bandung, Persija Jakarta, dan Arema Cronus, tak perlu dirisaukan karena mereka sudah punya nama. Menggaet sponsor untuk membiayai program pengembangan atlet mereka, rasanya bukan hal sulit.

Namun bagaimana dengan klub-klub sepakbola kecil di daerah?. Rasanya nasib mereka tak seindah para klub raksasa tersebut, padahal klub-klub kecil inilah yang berperan untuk merekrut bibit-bibit pesepakbola muda Indonesia di wilayah terpencil.

Apalagi saat Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) membekukan induk sepakbola Indonesia, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), klub-klub kecil yang bermain untuk liga-liga papan bawah otomatis mati karena kompetisi terhenti. Kini saat PSSI kembali aktif, mungkin para pemain dan klub-klub kecil tersebut masih berupaya untuk bangkit kembali.

324