Mengenang Era Keemasan Olahraga Indonesia Sebelum Luluh Lantak Pasca G30S

Jumat, 30 September 2016 11:06 WIB
Editor: Galih Prasetyo
 Copyright:
Dunia Internasioal 'sujud sembah' ke atlet Indonesia

Konsisten-nya Sukarno untuk membuat olahraga berada di posisi yang tinggi membuat dampak yang sangat positif. Tidak hanya soal raihan prestsi yang didapat Indonesia. 

Atlet Indonesia pun mendapat penghargaan yang semestinya dari atlet luar negeri. Atlet-atlet seperti Mohammad Sarengat membuat pelari luar negeri lain dibuat tak berdaya. Bahkan atlet dari cabor tak terkenal pun mendapat pengakuan dari dalam dan luar negeri, ambil contoh atlet loncat indah, Lanny Gumulya. Ia sukses meraih medali emas di ajang Asian Games 1962. 

Belum lagi jika bicara cabang bulutangkis. Indonesia tak terkalahkan jika bisa dibilang. Raksasa bulutangkis dunia saat ini seperti Tiongkok mampu dipecundangi oleh pebulutangkis kita seperti, Ferry Sonneville, Tan Joe Hok, Tutang, Unang, dan Liem Tjeng Kiang. 

Bahkan Indonesia dulu dikenal dengan kwartet sepedanya yang membuat pembalap sepeda dari negara Asia tak berkutik. Mereka adalah Hendrik Brocks, Aming Priatna, Wahju Wahdini, dan Hasjim Roesli, merebut emas nomor 100 kilometer Team Time Trial. Keempat pembalap ini ditambah Frans Tupang dan Henry Hargini, juga menjadi yang terbaik di nomor 180 km Open Road Race.

Jika bicara sepakbola, Timnas Indonesia kita tak kesulitan untuk bisa menjajal kekuataan tim kuat Eropa. Mereka bahkan 'berlomba-lomba' untuk bisa latih tanding dengan Timnas kita. 

Pada era ini, lahirlah pesepakbola Indonesia yang terkenal di Asia antara lain Soetjipto Soentoro, Max Timisela, Jacob Sihasale, Kadir, Iswadi Idris, Andjiek Ali Nurdin, dan Yudo Hadianto. Di antara mereka yang paling fenomenal adalah Soetjipto Soentoro. Ia adalah pemain tersukses di Indonesia dengan membawa Indonesia menjadi raja sepak bola Asia.

749