Critic Sport

PON Jabar yang Menyisakan Banyak Permasalahan

Senin, 10 Oktober 2016 15:00 WIB
Penulis: Petrus Manus Da' Yerimon | Editor: Irfan Fikri
 Copyright:
Melenceng

Satu hal yang cukup menyita perhatian di ajang PON kali ini adalah banyak atlet level nasional bahkan internasional turut berpartisipasi. Beberapa diantaranya bahkan mampu memecahkan rekor PON.

Nama seperti Eko Yuli, Sri Wahyuni, Agus Prayogo, Lindswell Kwok tentu sudah tidak asing bagi pencinta olahraga Tanah Air. Prestasi mentereng hingga menjadi juara di level internasional sudah ditorehnya.

Di PON XIX lalu mereka kembali turun dan seperti yang sudah diprediksi nama-nama tersebut cukup mudah menggondol medali emas. Hal ini yang cukup disayangkan beberapa pihak termasuk dari Komite Olahraga Nasional (KONI).

"PON harus diubah. Jangan jadikan PON hanya sebagai etalase. PON harus menjadi ajang untuk mengembangkan para atlet agar meraih prestasi di SEA Games atau mungkin Olimpiade," ujar Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan Pelaku Olahraga KONI Pusat, Mahfudin Nigara.

Nigara mengkritisi penyelenggaraan PON yang sudah bergeser dari tujuan utamanya sebagai ajang pembinaan. Sebab, sejumlah atlet pelatnas, termasuk atlet Olimpiade Rio 2016, ambil bagian.

Hal senada diungkapkan oleh Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Rexy Mainaky. Dia mengharapkan para atlet bulutangkis yang sudah mengikuti pelatnas tidak lagi tampil pada PON, karena orientasi mereka sudah harus menuju Asian Games atau Olimpiade.

"Mereka yang mengikuti PON itu merupakan pemain-pemain yang sedang masuk jenjang kompetisi. Pemain-pemain PON adalah mereka yang tidak berkesempatan bermain dalam turnamen-turnamen internasional," ujar peraih medali emas nomor ganda putra pada Olimpiade Atlanta 1996 ini, usai acara BRI Berbagi Raket Juara di Jakarta, Sabtu (01/10/16).

Menurut Rexy, nyali para atlet pembinaan di daerah langsung ciut ketika berhadapan dengan atlet pelatnas. Terbukti, pada cabang olahraga bulutangkis, para pemain pelatnas mendominasi dan berhasil menyabet medali untuk provinsi yang dibelanya.

"Bagaimana kami bisa melihat potensi atlet-atlet hasil pembinaan daerah jika mereka sudah menghadapi pemain pelatnas. Mereka langsung tidak punya semangat bertanding karena menghadapi atlet pelatnas," ungkap Rexy, yang mengakui pihaknya tidak berwenang ikut campur soal kebijakan terkait batasan atlet dalam PON.

87