Critic Sport

PON Jabar yang Menyisakan Banyak Permasalahan

Senin, 10 Oktober 2016 15:00 WIB
Penulis: Petrus Manus Da' Yerimon | Editor: Irfan Fikri
 Copyright:
Harus Diubah

Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 Jawa Barat telah rampung dengan tuan rumah menjadi juara umum setelah mengumpulkan 217 emas. Dari 756 nomor dari berbagai cabang olahraga sebagian besar sukses mereka kuasai.

Di urutan kedua Jawa Timur dengan raihan 132 medali emas, dan DKI Jakarta 132 medali emas. Namun, persaingan akan menurun drastis jika melihat posisi ke-4, karena Jawa Tengah hanya mengoleksi 32 medali emas.

Hal itu membuat PON 2016 kali ini dianggap tak memberi dampak positif bagi olahraga nasional. Ajang olahraga empat tahunan kali ini bahkan dinilai akan membuat prestasi Indonesia di kancah internasional justru menurun dari sebelumnya.

Penyebabnya ialah nomor-nomor yang dipertandingkan tidak sesuai dengan yang ada di level internasional. Contoh nyata terjadi di cabang olahraga biliar di mana nomor 9 ball putri yang dihapus, padahal nomor itu menjadi andalan Indonesia di SEA Games.

"Saya rasa semua sudah tahu, penyelenggaraan PON kali ini mengalami penurunan dan mencederai proses pembinaan prestasi daerah. Kalau seperti itu, jangan heran jika nanti prestasi Indonesia di internasional pun bisa kalah," ujar Ketua Kontingen Sumatera Selatan, Ahmad Taqwa.

Banyaknya cabang yang dipertandingkan juga membuat beberapa pihak merasa tidak terlalu bermanfaat. PON diharapkan agar lebih mengutamakan cabang yang dilombakan di olimpik.

"Saya rasa hasil PON kali ini tidak akan berpengaruh banyak terhadap atlet kita yang akan turun di ajang SEA Games maupun Asian Games," ucap Tedi.

"Terlalu banyak cabang olahraga yang dipertandingkan dan tidak sesuai. Harusnya kita fokus pada cabang olimpik dan yang terukur, karena cabang-cabang itu yang dilombakan pada ajang sekelas Olimpiade." ujar Kepala Pembinaan dan Prestasi Dispora DKI Jakarta, Tedi Cahyono.

Menanggapi berbagai kontroversi yang muncul, Ketua Kontingen DKI, Djamhuron P Wibowo menganjurkan agar di PON XX/2020 Papua, pemilihan nomor cabang olahraga yang akan dipertandingkan berdasarkan level internasional.

"Kita menyarankan nanti, standar Olimpiade saja yang dipakai, kemudian kepentingan-kepentingan yang berhubungan dengan event lainnya. Nanti olahraga kita akan mengarah ke sana," katanya.

Oleh karenanya pemerintah akan membuat sejumlah regulasi dalam pelaksanaan PON, seperti yang diutarakan Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, Gatot S. Dewa Broto.

Pembuatan regulasi ini tidak lagi sebatas wacana dan akan dimulai usai PON Jabar 2016. Hal itu dilakukan demi menciptakan sistem pembinaan berkelanjutan dari PON, SEA Games, Asian Games hingga Olimpiade.

"Tidak, ini sudah clear. Kami akan membuat regulasi tersebut. Kami tidak ingin atlet-atlet juara turun melawan yang muda. Bonus juga akan kami atur," ujar Gatot.

Merujuk sistem pembinaan yang dimaksud, sudah sewajarnya cabang olahraga yang dipertandingan dalam PON mengacu pada Olimpiade. PON Papua 2020 bisa menjadi tonggak baru untuk mengembalikan makna sesungguhnya dari pesta olahraga ini.

"Pada Olimpiade di Brasil baru-baru ini dipertandingkan 32 cabang olahraga (PON Jabar dipertandingkan 44 cabor). Pada PON Papua 2020 nanti juga akan diterapkan 32 cabang olahraga," ujar Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi.

Patut ditunggu realisasi dari pernyataan para pemangku kebijakan, termasuk usulan dari pelaku olahraga di Tanah Air demi terciptanya PON yang ideal sebagai wadah pembinaan berjenjang bagi atlet.

87