Critic Sport

Peparnas Jabar 2016, Momentum Perlakuan Setara Bagi Kaum Difabel di Arena Olahraga

Jumat, 11 November 2016 15:00 WIB
Penulis: Lanjar Wiratri | Editor: Galih Prasetyo
 Copyright:
Kritik dan masukan INDOSPORT

Beberapa atlet dan perwakilan kontingen mengeluhkan mengenai klasifikasi kecacatan yang terkadang tak imbang saat gelaran Peparnas Jabar 2016.  Atlet difabel cabang olahraga bulutangkis asal Jawa Tengah, Suryo Nugroho meminta klasifikasi pemain diperketat agar lawan dalam bertanding memang seimbang dari segi keterbatasan yang dimiliki.

Penyelenggaraan Peparnas XV bagus tapi klasifikasi harus lebih diperketat. Benar-benar harus sama rata," kata Suryo.

Hal ini dikritisinya seusai ditaklukan atlet Jabar, Dheva Anrimusthi pada pertandingan final Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV. Menurutnya lawannya itu tidak sepadan dengan kecacatan tangan yang dimilikinya akibat amputasi pasca kecelakaan tunggal yang dialaminya.

Hal senada disampaikan oleh kontingen Papua yang juga mengikuti Peparnas Jabar 2016. Pelatih atlet atletik Papua Efrem Halipo mengungkapkan ada beberapa hal yang kurang terutama mengenai klasifikasi pertandingan. 

“Kami merasakan sekali klasifikasi selama pertandingan Peparnas berlangsung ada yang tidak adil,” ujar Efrem usai penutupan Peparnas XV/2016 di Stadion Siliwangi. Dia menyatakan, atlet atletik dari Papua merasakan hal tersebut dalam pertandingan lari di cabor atletik. 

Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, pun menjanikan jika di gelaran Peparnas selanjutnya, klasifikasi kecacatan para atlet di ajang tersebt akan semakin diperketat. Hal tersebut guna menciptakan atmosfer fair play dalam pertandingan.

“Setelah Peparnas ini tentunya kita akan memunculkan ide baru dan kebijakan baru (terkait klasifikasi), sama seperti PON lalu,” ujar Imam.

Selain soal klasifikasi kecacatan, INDOSPORT juga menyoroti mengenai ketersediaan atlet difabel yang mengikuti ajang Peparnas Jabar 2016. Sebagai informasi, tuan rumah, Jawa Barat, menjadi penyumbang atlet dengan presentase yang cukup besar, yakni  40 persen.

Jabar pun sukses keluar sebagai juara umum Peparnas XV 2016, setelah sebelumnya mereka juga berhasil menyabet gelar juara PON Jabar 2016. Berbanding terbalik dengan Jawa Barat yang secara infrastruktur lebih maju, dan tentunya dana melimpah, provinsi lain seperti Papua, justru mengeluhkan kekurangan atlet di ajang Peparnas Jabar 2016.

Pelatih atletik Kontingen Papua, Phlipus Pamanggofi, menyebut jika cabor atletik Papua masih mengalami kesulitan untuk menemukan bibit-bibit baru atlet karena dana yang terbatas.

"Kekurangan di atlet putri. Sebetulnya potensi (atlet) di Papua banyak, tapi selama ini kami kekurangan dana untuk mencari bibit. Tapi Pemprov Papua selama ini banyak bantu," ujarnya.

Menpora Imam Nahrawi pun berharap agar ke depannya National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) mampu bergerak lebih aktif untuk mencari para atlet muda difabel di daerah-daerah. Keberlangsungan dan regenerasi tentu dibutuhkan karena prestasi para atlet difabel Indonesia di ajang Paralimpiade belum terangkat.

“Yang terpenting adalah kaderisasi NPCI untuk turun langsung ke daerah-daerah untuk mencari atlet-atlet muda, guru-guru olahraga juga harus dilibatkan dalam hal tersebut,” jelas Imam.

50