MotoGP

KTM Dituduh Menang MotoGP Ceko karena 'Ban Gaib', Michelin Buka Suara

Kamis, 13 Agustus 2020 20:01 WIB
Editor: Lanjar Wiratri
© (Photo by Mirco Lazzari gp/Getty Images)
Tak hanya mendapat pujian berkat kemenangan fantastis tersebut, KTM kini juga mendapatkan tuduhan-tuduhan karena dianggap menang di MotoGP Ceko karena bantuan ban gaib. Copyright: © (Photo by Mirco Lazzari gp/Getty Images)
Tak hanya mendapat pujian berkat kemenangan fantastis tersebut, KTM kini juga mendapatkan tuduhan-tuduhan karena dianggap menang di MotoGP Ceko karena bantuan ban gaib.

INDOSPORT.COM - KTM dan Brad Binder memberikan kejutan saat berhasil keluar sebagai juara MotoGP Ceko di Sirkuit Brno pekan lalu. Tak hanya mendapat pujian berkat kemenangan fantastis tersebut, KTM kini juga mendapatkan tuduhan-tuduhan karena dianggap menang karena bantuan ban gaib.

Sebelumnya pembalap Petronas, Fabio Quartararo, sempat menuduh KTM bekerja sama dengan Michelin untuk memilih ban ajaib yang dirasa lebih awet saat digunakan di balapan MotoGP Ceko.

Michelin pun angkat bicara setelah dituduh memberikan 'ban gaib' yang membuat KTM dan Binder mampu keluar sebagai juara.

Michelin dan KTM sendiri sempat melakukan tes bersama yang semakin memunculkan anggapan jika ban yang digunakan KTM lebih awet dibandingkan pabrikan lain yang mengalami masalah di Sirkuit Brno.

Menanggapi hal tersebut, pihak Michelin mengaku tak terlalu ambil pusing. Ia menilai prosedur tes bersama KTM dilakukan tanpa ada maksud lain di luar menguji ban mereka.

"Pada 2017 lalu kami juga dianggap kontroversial dengan Ducati." ujar Bos Michelin Motorsport, Piero Taramasso, seperti dilansir Corsedimoti.com.

"Tes dianggap sangat membantu, sehingga semua orang menganggap kami berpihak kepada KTM," tambah Taramasso.

Taramasso justru menilai ada beberapa faktor lain yang membuat ban milik KTM lebih kuat dibandingkan pabrikan lain saat balapan di Sirkut Brno.

"Kami menegaskan semua juga ditentukan oleh karet ban. Tergantung kepintaran mengatur pemakaiannya dan suhu tinggi bisa menjadi pembda. Ada empat tim  berbeda bisa finis di empat besar itu membuktikan masing-masing punya cara penanganan yang tepat," jelas Taramasso.