Evaluasi Kegagalan Tim Indonesia di Piala Sudirman 2019, Belum Pantas Juara?

Minggu, 26 Mei 2019 13:53 WIB
Penulis: Luqman Nurhadi Arunanta | Editor: Ivan Reinhard Manurung
 Copyright:
Evaluasi Indonesia di Piala Sudirman 2019

Indonesia turun di Piala Sudirman 2019 dengan kekuatan terbaik. Ganda putra menjadi ujung tombak karena memiliki tiga pasangan terbaik di dunia saat ini.

Meski begitu, mengandalkan ganda putra saja tidaklah cukup. Indonesia harus merata di segala lini untuk bisa meraih juara.

Tidak meratanya skuat menjadi faktor utama mandeknya prestasi Indonesia di Piala Sudirman tahun ini. Pengamat bulutangkis Broto Happy turut mengamini hal tersebut.

“Kalau lihat performa pemain kita, ambisinya untuk mengembalikan Piala Sudirman harus tertunda lagi, setelah 30 tahun, ya menjadi 32 tahun lagi.”

“Amunisi kita kalah. Kita kalah komplit, cuma mengandalkan di sektor ganda putra, selebihnya untuk bersaing ya kalah. Dari segi kualitas, kemampuan, kita harus mengakui keunggulan Jepang,” ujar Broto Happy, eksklusif kepada portal berita olahraga INDOSPORT, Minggu (26/05/19).

Selain itu, Broto Happy menilai permainan pebulutangkis Indonesia tidak banyak berkembang dan tetap berada pada level yang sama.

Sektor tunggal putri belum menunjukkan peningkatan signifikan di bawah pelatih baru Riony Mainaky, sementara Anthony Sinisuka Ginting di tunggal putra kembali memperlihatkan permainan yang inkonsisten.

"Dari Gregoria Mariska masih segitu-segitu saja. Setelah ditangani Riony belum kelihatan lompatan performanya. Di pertandingan, dia masih sering melakukan kesalahan-kesalahan sendiri," ulasnya.

"Di tunggal putra, Ginting belum kembali seperti tahun lalu. Tahun lalu sempat main bagus banget di China Open, mengalahkan semuanya, termasuk (Kento) Momota di final. Kali ini di Sudirman belum kembali penampilan hebatnya."

"Sayang banget memang, tapi dari awal memang kurang bagus juga. Waktu lawan (Viktor) Axelsen kurang menjanjikan, kurang menggigit penampilannya Ginting," kata Broto Happy.

Jonatan Christie di babak perempatfinal yang unggul head to head atas Chou Tien Chen juga tampil di bawah performa terbaiknya hingga akhirnya menelan kekalahan perdana dari tunggal putra Chinese Taipei tersebut.

Nomor ganda putri yang kerap menjadi penyelamat juga tidak memiliki pelapis yang sepadan. Selain Greysia Polii/Apriyani Rahayu, Indonesia masih belum punya duet Srikandi yang mampu bersaing di sepuluh besar dunia.

Ke depan, Indonesia harus memiliki skuat yang merata, tidak sebatas hanya di ganda putra. Sektor-sektor lain juga mulai harus didukung pelatih terbaik yang mampu meningkatkan performa pemain.

Yang tidak kalah penting, para pemain tetap diberikan jam terbang dalam turnamen-turnamen kelas dunia yang telah ada dari BWF.