Susy Susanti Kesulitan Setengah Mati Cari Tunggal Putri Petarung

Senin, 24 Juni 2019 16:48 WIB
Penulis: Shella Aisiyah Diva | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© Dimas Ramadhan/Indosport.com
Susy Susanti, Kabidbinpres PBSI, mengaku kesulitan dalam mencari atlet putri yang memiliki tekad petarung. Copyright: © Dimas Ramadhan/Indosport.com
Susy Susanti, Kabidbinpres PBSI, mengaku kesulitan dalam mencari atlet putri yang memiliki tekad petarung.

INDOSPORT.COM - Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti menyebutkan bahwa sampai saat ini, mereka masih berjuang untuk mengejar ketertinggalan tim tunggal putri.

Tunggal putri bisa dibilang menjadi salah satu sektor yang paling tertinggal di pelatnas dibandingkan empat sektor lainnya seperti tunggal putra, ganda putra, ganda putri dan ganda campuran.

Bahkan untuk mencari solusi atas permasalahan tunggal putri, Indonesia sudah memboyong Rionny Mainaky dari timnas Jepang untuk dijadikan kepala pelatih tunggal putri untuk meninggkatkan kualitas dan prestasi Gregoria dan kolega.

"Tunggal putri saat ini memang harus kerja ekstra keras, itu kenapa saya cerewet ngomong terus. Bukan menganakemaskan tunggal putri, tetapi saya mau pacu semangat mereka,"

"Saya bilang, 'saya tidak terima, kita itu bisa, walaupun cuma sau, tapi pasti bisa,'. Namun masalahnya bagaimana cara untuk menemukan satu orang tersebut," ujar Susy kepada rilis resmi yang diterima INDOSPORT.

Susy pun juga turut menyoroti Gregoria Mariska, yang menurutnya perfomanya masih naik-turun. Ia pun turut menyarankan agar sang pebulu tangkis harus bisa menjaga kondisinya dengan baik.

"Kami sangat berharap dengan Gregoria. Tapi dia masih on-off, kadang bagus, kadang enggak. Kurang jaga kondisi juga, Gregoria memang harus disiplin sama dirinya sendiri," pungkasnya.

Susy pun mengakui bahwa untuk menemukan pemain tunggal putri yang memiliki potensi dan kemauan memang bukan pekerjaan mudah. Sebab, ada pemain yang berpotensi, tetapi kemauannya kurang.

Maka dari itu, ia pun sudah memberikan masukan, nasihat dan bimbingan ke atlet, namun kembali lagi, si atlet lah yang akan menentukan nasibnya sendiri dan menjadi ujung tombak dalam menentukan prestasinya.