6 Pebulutangkis Indonesia yang Kalah di Final Olimpiade, Edisi 2000 Paling Menyakitkan?

Senin, 30 Maret 2020 12:40 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Ezra Shaw/Getty Images
Ganda campuran Indonesia, Nova Widianto/Liliyana Natsir meraih medali perak Olimpiade Beijing 2008. Copyright: © Ezra Shaw/Getty Images
Ganda campuran Indonesia, Nova Widianto/Liliyana Natsir meraih medali perak Olimpiade Beijing 2008.

INDOSPORT. COM - Sejumlah pebulutangkis Indonesia pernah mendapat pengalaman menyakitkan kalah di laga final Olimpiade.

Bagi para atlet cabang olahraga bulutangkis, Olimpiade menjadi sebuah ajang yang begitu bergengsi. Semua berlomba agar bisa lolos ke Olimpiade dan meraih medali emas.

Kisah yang sama juga berlaku bagi kancah bulutangkis Indonesia. Pebulutangkis Tanah Air tentu sangat ingin merasakan manisnya gelar juara Olimpiade.

Taufik Hidayat jadi salah satu pebulutangkis Indonesia yang pernah merasakan manisnya medali emas Olimpiade. Momen itu terjadi pada Olimpiade 2004 silam, kala Taufik mengalahkan wakil Korea Selatan, Shon Seung-mo di laga final.

Namun, tak semua pebulutangkis Indonesia bisa meraih pencapaian seperti Taufik Hidayat. Para pebulutangkis dari seluruh penjuru dunia menginginkan prestasi yang sama di Olimpiade, dan ada saja pebulutangkis Indonesia yang gagal bersaing.

Paling pahit mungkin bila melihat kisah sejumlah pebulutangkis Indonesia yang gagal meraih medali emas, padahal sudah menembus laga final. Walau tetap meraih prestasi medali perak, kekalahan di final bagi siapapun jelas sangat menyakitkan.

Lalu, siapa saja pebulutangkis Merah Putih yang pernah merasakan kekalahan di laga final? INDOSPORT coba merangkumnya ke dalam ulasan singkat berikut.

Ardy Wiranata

Ardy Wiranata pernah merasakan pahitnya pengalaman kalah di final Olimpiade. Momen tersebut terjadi pada ajang Olimpiade 1992.

Meski cuma meraih medali perak, kekalahan Ardy Wiranata sejatinya tak terlalu pahit. Pasalnya orang yang mengalahkan Ardy dan meraih medali emas ialah sesama pebulutangkis Indonesia, Alan Budikusuma.

Eddy Hartono/Rudy Gunawan

Olimpiade 1992 masih menyisakan cerita kekalahan pebulutangkis Indonesia di laga final. Cerita kali ini didapat oleh pasangan ganda putra Tanah Air, Eddy Hartono/Rudy Gunawan.

Eddy Hartono/Rudy Gunawan kalah dari wakil Korea Selatan, Kim Moon-soo/Park Joo-bong. Menyerah dua set langsung, 11-15, 7-15, Eddy Hartono/Rudy Gunawan pun harus puas dengan raihan medali perak saja.


Hendrawan

Olimpiade 2000 jadi ajang yang begitu menyakitkan untuk pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Hendrawan. Kala itu, Hendrawan harus mendapati kenyataan kalah dalam laga final.

Penampilan Hendrawan tak berdaya ketika jumpa wakil China, Ji Xinpeng. Alhasil, Hendrawan harus puas dengan capaian medali perak saja.


Mia Audina

Tunggal putri Indonesia pernah pula merasakan kisah tragis kalah di final Olimpiade. Pengalaman tersebut didapat pada Olimpiade 1996 silam oleh Mia Audina.

Berstatus unggulan kelima, Mia Audina berhasil menembus final usai mengalahkan wakil Korea Selatan, Kim Ji-hyun. Sayang, ketika memainkan laga puncak, Mia Audina tak berdaya di tangan pebulutangkis Korea Selatan lainnya, Bang Soo-hyun.


Nova Widianto/Liliyana Natsir

Ganda campuran Indonesia sempat merasakan pahitnya kalah di final Olimpiade. Pengalaman tersebut didapat Nova Widianto/Liliyana Natsir pada Olimpiade 2008.

Berstatus unggulan pertama, Nova Widianto/Liliyana Natsir jumpa wakil Korea Selatan non-unggulan, Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung. Sayangnya, Nova Widianto/Liliyana Natsir dibuat tak berdaya dan menyerah dalam pertarungan dua set, 11-21 17-21.


Tri Kusharjanto/Minarti Timur

Pengalaman pahit ganda campuran Indonesia kalah di final, jauh lebih dulu dirasakan Tri Kusharjanto/Minarti Timur. Tepatnya dalam ajang Olimpiade 2000 Sydney.

Jumpa wakil China, Zhang Jun/Gao Ling di final, permainan Tri Kusharjanto/Minarti Timur tak berdaya dan harus puas dengan raihan medali perak. Padahal kala itu Tri Kusharjanto/Minarti Timur berstatus pasangan unggulan.

Kekalahan terasa makin pahit, bila melihat set pertama final yang mana bisa dimenangkan Tri Kusharjanto/Minarti Timur dengan skor telak 15 1. Sayangnya, dua set berikutnya Tri Kusharjanto/Minarti Timur dibuat kocar-kacir oleh kebangkitan Zhang Jun/Gao Ling.