In-depth

Pemain Azerbaijan Bisa Jadi Solusi Krisis Tunggal Putra Indonesia

Jumat, 24 April 2020 12:53 WIB
Editor: Rafif Rahedian
© Badminton Europe
Ade Resky Dwicahyo, pebulutangkis Indonesia yang membela Azerbaijan. Copyright: © Badminton Europe
Ade Resky Dwicahyo, pebulutangkis Indonesia yang membela Azerbaijan.

INDOSPORT.COM – Pebulutangkis atau pemain Azerbaijan Ade Resky Dwicahyo bisa menjadi solusi krisis prestasi yang menimpa nomor tunggal putra Indonesia.

Setelah era Taufik Hidayat, tunggal putra Indonesia bisa dikatakan tidak begitu menakutkan. Meski ada sosok Anthony Ginting dan Jonatan Christie, namun mereka masih belum konsisten memberikan prestasi.

Selain dua nama tenar di atas, Indonesia juga biasanya mengandalkan Tommy Sugiarto. Namun sejak 2019 lalu, ia masih belum bisa mempersembahkan gelar untuk dirinya sendiri dan tanah airnya.

Sejak tahun lalu, dirinya bahkan tak bisa menginjakkan kakinya di partai final. Pencapaian terbaiknya terjadi pada ajang Denmark Open 2019.

Saat itu pebulutangkis berusia 31 tahun tersebut disingkirkan oleh wakil Jepang, Kento Momota di babak semifinal dengan skor 12-21, 19-21.

Sedangkan Anthony Ginting juga belum bisa mendominasi turnamen, setidaknya sejak 2019 kemarin. Pada musim lalu, ia bahkan tak mampu mempersembahkan gelar sama sekali.

Meski berhasil masuk ke babak final sebanyak lima kali di berbagai ajang berbeda, namu Anthony Ginting selalu mengalami kekalahan.

Itu terjadi pada ajang Singapore Open (kalah dari Kento Momota), Australian Open (Jonatan Christie), China Open (Kento Momota), Hong Kong Open (Lee Cheuk Yiu), dan BWF World Tour Finals (Kento Momota).

Meski begitu, Anthony Ginting berhasil bangkit dari kegagalannya pada tahun lalu. Ia mampu meraih gelar di awal 2020 ini usai menumbangkan Anders Antonsen (Denmark) di final Indonesia Masters.

© Roihan Susilo Utomo/INDOSPORT
Jonatan Christie takluk dari Anders Antonsen di perempatfinal Indonesia Masters 2020. Copyright: Roihan Susilo Utomo/INDOSPORTJonatan Christie takluk dari Anders Antonsen di perempatfinal Indonesia Masters 2020.

Berbeda dengan Anthony Ginting, Jonatan Christie sejauh ini belum mampu memberikan gelar di awal 2020 ini. Meski begitu, catatannya terbilang lebih bagus ketimbang Ginting di musim lalu.

Bagaimana tidak, pebulutangkis tunggal putra Indonesia yang akrab disapa Jojo tersebut berhasil meraih gelar juara sebanyak dua kali dalam empat final yang ia mainkan.

Gelar juara pertamanya di 2019 kemarin adalah New Zealand Open, di mana Jojo mampu menumbangkan Ng Ka Long Angus (Hong Kong) di partai final (skor 21-12, 21-13).

Gelar keduanya terjadi ketika ia berhasil menumbangkan rekan senegaranya, Anthony Ginting di final Australian Open 2019. Saat itu Jojo menang dengan skor 21-17, 13-21, 21-14.

Sayangnya, itu menjadi gelar terakhir Jojo sejauh ini. Meski tampil di final sebanyak dua kali pada ajang Japan Open 2019 dan French Open 2019, dirinya tetap gagal menjadi yang terbaik.

Kegagalannya di Japan Open 2019 terjadi usai dikalahkan Kento Momota (16-21, 13-21). Sedangkan di French Open 2019, Jojo tumbang dari Chen Long (19-21, 12-21).

Situasi ini nampaknya sudah cukup membuktikan bahwa tunggal putra Indonesia mengalami krisis prestasi. Meski begitu, pebulutangkis Azerbaijan Ade Resky Dwicahyo bisa menjadi solusinya.

Ade Resky Dwicahyo merupakan pemain kelahiran Kendari, 14 Mei 1998. Ia diketahui sempat membela Timnas Bulutangkis Indonesia di dua turnamen beregu.

Dua ajang tersebut antara lain adalah Kejuaraan Junior Asia dan Kejuaraan Dunia Bulutangkis pada tahun 2016 lalu. Namun Ade Resky Dwicahyo tak banyak membantu tim tanah air.

Namun ketika hijrah ke Azerbaijan, Ade Resky Dwicahyo tampil cukup meyakinkan. Sehingga dirinya bisa saja menjadi solusi dalam krisis prestasi tunggal putra Indonesia.

Ade Resky sendiri memiliki tradisi menembus final, setidaknya sejak 2018 lalu. Terhitung, ia sudah main di final sebanya 19 kali, dengan rincian 13 pada 2018 dan enam kali di 2019.

Pebulutangkis yang masih berusia 21 tahun tersebut berhasil menyelesaikan pertandingan final itu dengan kemenangan sebanyak 13 kali dan enam sisanya kalah.

Sekedar informasi tambahan, beberapa gelar juara yang ia persembahkan untuk Azerbaijan tersebut ia torehkan dalam dua nomor, yakni tunggal putra dan ganda putra.

Sejumlah gelar yang ia raih pada 2018 adalah South Africa International, Zambia International, Botswana International, Bahrain International, Egypt International, dan Belarus International.

Sedangkan pada 2019, Ade Resky mampu mempersembahkan gelar untuk Azerbaijan di Cameroon International dan Egypt International.

Namun Ade Resky masih belum bisa menginjakkan kakinya di parta final pada awal 2020 ini. Pencapaian terbaiknya hanya menembus semifinal Uganda International 2020.

© azertag.az
Ade Resky Dwicahyo, pebulutangkis Indonesia yang membela Azerbaijan. Copyright: azertag.azAde Resky Dwicahyo, pebulutangkis Indonesia yang membela Azerbaijan.

Meski begitu, Ade Resky masih berpeluang besar menambahkan jumlah gelar juara dan tradisinya masuk final setelah pandemi virus corona berakhir.

Apabila Ade Resky mampu menjaga konsistensi dan meningkatkan permainannya, maka bukan tidak mungkin dirinya akan menjadi pebulutangkis terbaik. Mengingat, ia masih sangat muda.

Terlepas dari itu, dirinya mengungkapkan keinginan dirinya untuk kembali membela negara kelahirannya Indonesia. Itu ia ungkapkan saat dihubungi langusng oleh INDOSPORT.

"Rencana habis kontrak ini mau balik ke Indonesia. Ada keinginan untuk kembali bela Merah Putih, karena saya juga masih WNI kan. Paspor juga masih Indonesia," ujarnya.

Dengan begitu, Indonesia memiliki peluang untuk mengamankan jasa Ade Resky Dwicahyo. Apabila dibimbing dengan benar, maka bisa saja dirinya bakal menjadi penerus Taufik Hidayat.

1