Jadi Legenda, Ini 2 Gelar yang Belum Pernah Digenggam Taufik Hidayat

Selasa, 12 Mei 2020 16:16 WIB
Penulis: Subhan Wirawan | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Andrew Wong/Getty Images
Jadi salah satu legenda badminton Indonesia dan dunia, Taufik Hidayat ternyata belum sempat meraih dua gelar bergengsi berikut. Copyright: © Andrew Wong/Getty Images
Jadi salah satu legenda badminton Indonesia dan dunia, Taufik Hidayat ternyata belum sempat meraih dua gelar bergengsi berikut.

INDOSPORT.COM - Menjadi salah satu legenda badminton Indonesia dan dunia, Taufik Hidayat ternyata belum sempat meraih dua gelar bergengsi berikut sebelum pensiun.

Nama Taufik Hidayat sendiri belakangan ramai diperbincangkan, lantaran dirinya sempat menjadi saksi kasus dana suap yang dilakukan mantan Menpora, Imam Nahrawi.

Diketahui usai gantung raket, Taufik Hidayat banyak membantu Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terutama saat perannya menjadi Wakil Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) periode 2016-2017.

Namun, di balik kasus tersebut, Taufik Hidayat semasa aktif sebagai pemain merupakan salah satu atlet tunggal putra terbaik milik Indonesia bahkan diakui oleh dunia.

Sejumlah gelar bergengsi berhasil ia menangkan, seperti medali emas Olimpiade 2004 di Athens, kejuaraan dunia tahun 2005, serta membantu Indonesia meraih Piala Thomas sebanyak dua kali pada tahun 2000 dan 2002.

Selain itu, Taufik Hidayat juga meraih medali emas ajang SEA Games dan Asian Games. Jika ditotal, pebulutangkis kelahiran Bandung tersebut telah meraih lima medali emas nomor perorangan di dua event tersebut.

Meski sukses merengkuh berbagai gelar juara, namun tunggal putra yang terkenal akan backhand smash ini punya dua turnamen yang belum dimenangkan hingga ia pensiun. Dua gelar tersebut adalah Sudirman Cup serta All England.

Sejatinya pada dua ajang tersebut Taufik Hidayat punya peluang besar untuk memenangkan, namun nasib baik masih belum berpihak kepadanya.

Di mulai dari Sudirman Cup, pada turnamen dua tahunan tersebut Taufik Hidayat dan kolega berhasil mengantarkan Tim Indonesia melangkah ke semifinal sebanyak enam kali, dan tiga diantaranya mampu menembus final.

Namun sayang, dari tiga partai final yang dimainkan tersebut tidak satu pun yang berakhir dengan juara. Menariknya lagi, Indonesia selalu kalah dari lawan yang sama di partai puncak yakni China.

Kemudian pada ajang All England, nasib kurang beruntung juga dialami Taufik Hidayat lantaran dalam dua partai final yang ia mainkan, selalu berakhir dengan tempat kedua.

Meski begitu, Taufik Hidayat tetap membuat catatan impresif dengan lolos dua kali ke final All England pada saat usianya masih di bawah 20 tahun. Pada final All England pertama tahun 1999, usia Taufik Hidayat saat itu masih 18 tahun.

Dengan usia yang masih sangat belia, Taufik Hidayat melangkah ke final usai menaklukkan sejumlah tunggal putra dunia seperti Park Tae-sang asal Korea Selatan, hingga Høyer Larsen dari Denmark di semifinal. 

Sayangnya, kegemilangan Taufik terhenti setelah bertemu pebulutangkis senior Peter Gade di partai puncak dan harus puas menempati tempat kedua usai kalah 15–11, 7–15, dan 15–10.

Pada All England berikutnya di tahun 2000, Taufik Hidayat kembali masuk final di usianya yang masih 19 tahun. Lagi-lagi, nasib mujur tidak berpihak kepadanya, meski mengalahkan dua pebulutangkis China di babak sebelumnya namun saat berhadapan dengan Xia Xuanze magis Taufik yang mendapat julukan Golden Boy saat itu sirna.

Akhirnya pada partai final All England 2000, Taufik Hidayat harus kembali puas meraih tempat kedua usai kalah dengan skor 15–6, 15–13.