In-depth

Taufik Hidayat: Hebat Tapi Sial di Era BWF Super Series

Rabu, 13 Mei 2020 17:57 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Getty Images
Taufik Hidayat, karier hebatnya sebagai pebulutangkis tunggal putra legendaris Indonesia, dahulu kerap menemui kesialan di era BWF Super Series. Copyright: © Getty Images
Taufik Hidayat, karier hebatnya sebagai pebulutangkis tunggal putra legendaris Indonesia, dahulu kerap menemui kesialan di era BWF Super Series.

INDOSPORT. COM - Taufik Hidayat, karier hebatnya sebagai pebulutangkis tunggal putra legendaris Indonesia, dahulu kerap menemui kesialan di era BWF Super Series.

Reputasi Taufik Hidayat di cabang olahraga bulutangkis, rasanya tak perlu diragukan lagi. Menduduki ranking satu dunia nomor tunggal putra, meraih medali emas Olimpiade 2004, serta memenangkan Kejuaraan Dunia 2005, jadi beberapa contoh prestasi yang menjelaskan betapa hebatnya Taufik Hidayat kala masa jayanya silam.

Karier Taufik Hidayat sendiri berakhir pada tahun 2013. Usai mengikuti ajang Indonesia Open 2013, Taufik Hidayat memutuskan gantung raket, alias pensiun dari karier profesionalnya.

Meski tampak begitu hebat, Taufik Hidayat tetap pernah menjalani masa sulit dalam kariernya. Terutama ketika memasuki era BWF Super Series, seakan ada kutukan yang menghampiri Taufik Hidayat.

BWF Super Serier merupakan sistem rangkaian turnamen yang dibuat BWF sedari tahun 2007 sampai 2017. Turnamen dibagi ke dalam dua kelas, Super Series dan Super Series Premier.

Bagi pebulutangkis yang bisa mengumpulkan banyak poin dari berbagai turnamen Super Series, nantinya berhak melaju ke BWF Super Series Final. Kurang lebih formatnya mirip-mirip seperti BWF World Tour yang berlaku sekarang.

Taufik Hidayat, selaku pebulutangkis tunggal putra andalan Indonesia, jelas diharapkan bisa mendulang banyak prestasi di rangkaian turnamen BWF Super Series. Toh, sepanjang era sebelumnya, BWF Grand Prix, Taufik Hidayat mampu tampil memukau dengan koleksi 17 gelar juara.

Namun ekspetasi tersebut gagal diwujudkan secara maksimal oleh Taufik Hidayat. Prestasi Taufik Hidayat sepanjang BWF Super Series tak mampu sementereng era BWF Grand Prix.

Kehebatan memang masih terjaga, Taufik Hidayat setiap tahunnya pasti mampu menembus partai final ajang-ajang BWF Super Series. Permasalahannya, Taufik Hidayat kerap tersandung ketika sudah bertarung di laga puncak.

Bayangkan saja, sejak 2007 sampai 2011, ada 10 kali kesempatan Taufik Hidayat mampu menembus laga final. Sayang sekali, cuma ada satu final yang bisa diakhiri Taufik Hidayat dengan gelar juara.

French Open 2010, Taufik Hidayat meraih gelar BWF Super Series pertamanya. Taufik Hidayat juara usai mengalahkan wakil Denmark, Joachim Persson, dua set langsung, 21-16, 21-11.

Sementara sembilan sisanya, Taufik Hidayat selalu tersungkur. Japan Open 2007, French Open 2008, Indonesia Open 2009, Japan Open 2009, French Open 2009, Indonesia Open 2010, Denmark Open 2010, Hong Kong Open 2010, dan Malaysia Open 2011, semuanya dilalui Taufik Hidayat dengan kekalahan di laga puncak.

Lee Chong Wei, jadi pebulutangkis yang paling sering mengalahkan Taufik Hidayat. Tunggal putra asal Malaysia itu, total sudah lima kali mengubur impian Taufik Hidayat untuk juara ajang-ajang BWF Super Series.

Paling menyakitkan terjadi dalam periode 2009 hingga 2010. Taufik Hidayat yang terkenal sebagai raja Indonesia Open, malah dua tahun beruntun kalah dari Lee Chong Wei.

Begitulah kurang lebih perjalanan karier Taufik Hidayat, yang begitu hebat, tapi menemui kesialan sepanjang era BWF Super Series. Bagaimanapun itu, Taufik Hidayat akan selalu terkenang sebagai salah satu pebulutangkis terbaik Indonesia.