Bikin Kagum! Media AS Sebut Bulutangkis Jadi Pemersatu Budaya Indonesia

Kamis, 13 Agustus 2020 17:55 WIB
Penulis: Ade Gusti | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon juara Indonesia Masters 2020. Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon juara Indonesia Masters 2020.

INDOSPORT.COM – Media di Amerika Serikat menyebut bahwa olahraga bulutangkis tidak hanya hobi santai di Indonesia, namun juga alat pemersatu budaya Indonesia yang beragam.

Media populer di Amerika Serikat, The New York Times, awalnya menyoroti ditundanya Olimpiade Tokyo 2020 selama setahun akibat pandemi virus corona menjadi pukulan terbesar bagi budaya olahraga Indonesia.

Khususnya pada olahraga bulutangkis, Indonesia di sektor ini sudah memenangkan tujuh medali emas dalam sejarahnya. Ditundanya Olimpiade dikhawatirkan oleh media ini membuat semangat para atlet meredup.

Namun media itu rupanya salah menerka karena para atlet bulutangkis justru tidak tinggal diam selama masa karantina. Mereka giat berlatih sembali menjalani karantina di Pelatnas Cipayung hingga mengikuti turnamen internal yang digagas oleh Persatuan Bulutangkis Indonesia (PBSI).

The New York Times lantas mengklaim bulutangkis kian populer di Indonesia belakangan ini. Popularitas olahraga tepok bulu ini sudah dimulai sejak 1972 ketika legenda Christian Hadinata memenangkan ganda putra Olimpiade Munich, Jerman.

Popularitas bulutangkis kian berkembang sejak Susy Susanti memenangkan medali emas tunggal putri pertama untuk Indonesia di ajang Olimpiade Barcelona. Bendera Indonesia berkibar lagi di podium saat Alan Budikukuma, yang kini jadi suami Susy Susanti, memenangkan sektor tunggal putra.

Bulutangkis pun menemukan sinarnya dari generasi ke generasi. Setelah Susy Susanti, ada pula Liliyana Natsir yang menjadi juara dunia empat kali dan peraih medali emas di ganda campuran Olimpiade Rio 2016.

Tak pelak sejak saat itu bulutangkis tidak hanya menjadi sebuah olahraga elite yang dimainkan para atlet profesional, namun menjadi sebuah permainan di halaman rumah yang dilakukan setiap warga Indonesia.

Berbicara soal daya tarik bulutangkis di tanah air, media itu juga sempat mewawancarai pemilik klub bulutangkis Tangkas, Yuppi Suhandinata. Yuppi mengklaim bulutangkis adalah “kekuatan pemersatu” yang memadukan pemain dari berbagai etnis, agama, dan latar belakang yang berbeda.

Meskipun masyarakat Indonesia mayoritas Muslim terbesar di dunia berdasarkan jumlah penduduk, pemain bulutangkisnya juga banyak berasal dari kaum minoritas Tionghoa.

Dengan adanya ragam budaya yang ada di bulutangkis, Indonesia diklaim memiliki lebih dari saatu juga pemain klub aktif setiap tahunnya. Sementara beberapa di antara pemain itu sudah berhasil mengukuhkan diri sebagai pebulutangkis papan atas dunia.

Sebut saja Marcus Gideon dan pasangannya Kevin Sanjaya yang menduduki peringkat 1 dunia ganda putra, disusul Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan di nomor dua. Ada juga Praveen Jordan/Melati Daeva yang kian memesona di ganda campuran.

Lalu ada deretan tunggal putra yang mampu menantang atlet-atlet top China dan Jepang, seperti Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Shehar Hiren Rhustavito.