Apa Kabar Sony Dwi Kuncoro? Pebulutangkis Rival Taufik Hidayat dan Lin Dan

Rabu, 13 Oktober 2021 08:35 WIB
Penulis: Martini | Editor: Indra Citra Sena
© Roihan Susilo Utomo/INDOSPORT
Pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Sony Dwi Kuncoro. Copyright: © Roihan Susilo Utomo/INDOSPORT
Pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Sony Dwi Kuncoro.

INDOSPORT.COM - Sony Dwi Kuncoro merupakan mantan pebulutangkis tunggal putra andalan Indonesia yang sempat menjadi rival Taufik Hidayat hingga Lin Dan.

Mengenang nama Sony Dwi Kuncoro, tak lengkap rasanya jika tak menyebut prestasi dan perjalanan karier pebulutangkis yang pernah masuk Top 3 tunggal putra dunia itu.

Sony Dwi Kuncoro merupakan tunggal putra pelapis Taufik Hidayat pada masanya. Dia sukses menyabet medali perunggu di Olimpiade Athena 2004, saat Taufik yang naik podium dan meraih medali emas.

Nama Sony Dwi Kuncoro juga kerap dikaitkan dengan pebulutangkis legendaris China, yaitu Lin Dan. Sebab, rivalitas kedua pemain selalu memanas saat di lapangan.

Lantas, apa kabar Sony Dwi Kuncoro kini? Sosok berusia 37 tahun itu menyempatkan hadir menjadi bintang tamu dalam program Ngulik Thomas-Uber Cup, yang tayang di kanal Youtube PB Djarum, Senin (11/10/21).

Pada kesempatan tersebut, ia mengaku sedang merintis sebuah klub bulutangkis, yakni Sony Dwi Kuncoro Badminton Training yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur.

Klub ini ia bentuk seiring dengan pandemi Covid-19, yang memaksa Sony untuk tidak lagi aktif berkompetisi di internasional, dan mulai melirik peluang untuk menjadi pelatih.

"Semenjak pandemi, saya nggak bisa ikut kejuaraan. Sempat ikut kejuaraan di tiga negara, tapi waktu itu ranking saya jauh, prestasi saya menurun," ungkap Sony.

Konon, ia sempat ditawari untuk menjadi pelatih bulutangkis di luar negeri. Namun, mempertimbangkan tiga buah hatinya yang masih kecil, Sony pun menunda peluang itu.

"Jadi saya berpikir, apa yang harus saya perbuat kedepannya. Kalau saya harus melatih di luar negeri, nggak bisa, meski tawaran-tawaran juga ada sih," sebut Sony.

"Anak masih kecil, saya juga punya GOR, saya berpikir mengembangkan di tanah kelahiran sendiri, karena saya juga melihat potensi di Surabaya cukup tinggi," cetusnya.