In-depth

Ada ‘Kryptonite’ Axelsen, Bisakah Anthony Ginting Cs Raih Emas Kejuaraan Dunia Bulutangkis?

Kamis, 4 Agustus 2022 13:27 WIB
Penulis: Ade Gusti | Editor: Indra Citra Sena
© PBSI
Ambisi tunggal putra Indonesia meraih medali emas Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2022 berpotensi besar terhalang oleh ‘kryptonite’ bernama Viktor Axelsen. Foto: PBSI Copyright: © PBSI
Ambisi tunggal putra Indonesia meraih medali emas Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2022 berpotensi besar terhalang oleh ‘kryptonite’ bernama Viktor Axelsen. Foto: PBSI

INDOSPORT.COM – Ambisi tunggal putra Indonesia meraih medali emas Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2022 berpotensi besar terhalang oleh ‘kryptonite’ bernama Viktor Axelsen.

Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2022 sudah di depan mata. Tokyo, Jepang, akan menjadi tuan rumah pada ajang kejuaraan yang di Indonesia disebut dengan Kejuaraan Dunia Bulutangkis.

Dari kejuaraan yang pertama kali dilaksanakan pada 1977, Indonesia baru mengoleksi gelar juara dari sektor tunggal putra sebanyak enam kali.

Pertama kali Indonesia mencicipi gelar juara tunggal putra pada tahun 1980 melalui Rudi Hartono. Saat itu, Rudi Hartono menaklukkan juniornya Liem Swie King dengan skor 15-9, 15-9 pada babak final.

Icuk Sugiarto melanjutkan keperkasaan Indonesia. Dia menjadi pemain Indonesia kedua yang menggondol gelar juara dunia pada tahun 1983 usai mengalahkan Liem Swie King, 15-8, 12-15, 17-16.

Gelar ketiga Indonesia diraih oleh Joko Supriyanto. Joko menjadi kampiun di Birmingham, Inggris, usai mengalahkan Hermawan Susanto dalam laha All Indonesian Final.

Pemilik julukan “Smash 100 Watt”, Hariyanto Arbi jadi pemain putra Indonesia keempat yang menjadi juara dengan menaklukkan pemain Korea, Park Sung Woo pada 1995.

Enam tahun berselang tepatnya pada 2001, gelar juara tunggal putra kembali ke Tanah air melalui Hendrawan.

Pemain yang kini melatih di Malaysia menang dari andalan Denmark, Peter Gade pada babak final dengan 15-6, 17-16.

Giliran Taufik Hidayat yang tampil sebagai juara pada 2005. Taufik mengalahkan pemain terbaik China, Lin Dan dengan skor 15-3, 15-7 di babak final.

Taufik menjadi putra Indonesia terakhir yang bisa menjadi juara, dan 2005 menjadi tahun terakhir pula bagi Indonesia bisa meraih gelar juara dari sektor tunggal putra.