In-depth

Sejarah BWF World Tour Finals: Era Keemasan dan Kemerosotan Bulutangkis Indonesia

Senin, 21 November 2022 12:47 WIB
Penulis: Martini | Editor: Indra Citra Sena
© Shi Tang/Getty Images
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan saat memenangkan gelar juara BWF World Tour Finals 2019. Copyright: © Shi Tang/Getty Images
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan saat memenangkan gelar juara BWF World Tour Finals 2019.

INDOSPORT.COM - Berikut cuplikan sejarah turnamen BWF World Tour Finals, yang menggambarkan era keemasan hingga kemerosotan bulutangkis Indonesia.

Diketahui, BWF World Tour Finals merupakan turnamen penutup dari rangkaian tur dunia, yang sebelumnya telah bergulir dalam satu musim kompetisi.

Peserta yang tampil pun tak sembarangan. Setelah menjalani masa kualifikasi, hanya delapan pemain terbaik dari tiap sektor yang boleh tampil di World Tour Finals.

Meski pertama dirilis sejak 2018, konsep turnamen Finals yang mempertemukan para pemain terbaik di tiap sektor terpilih ini sudah dihelat secara rutin sejak 1983.

Kala itu, nama turnamen yang digunakan adalah World Badminton Grand Prix Finals, edisi perdana dihelat di Jakarta pada 1983.

Dalam tiga edisi pertama World Badminton Grand Prix Finals, hanya nomor tunggal putra dan tunggal putri yang dilombakan.

Kala itu, belum ada wakil Indonesia yang juara. Hanya Liem Swie King dan Ivana Lie yang berhasil menjadi runner-up edisi 1984.

Memasuki edisi keempat yang berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia, akhir 1986, turnamen ini mulai menyertakan nomor ganda putra, putri, dan campuran.

Rosiana Tendean/Erma Sulistianingsih (ganda putri) dan Eddy Hartono/Verawaty Wiharjo (ganda campuran) menjadi wakil Indonesia pertama yang juara edisi 1988.

World Badminton Grand Prix Finals makin langgeng selama 18 edisi, dari 1983 hingga 2000. Edisi 2000 diselenggarakan pada 8-12 Agustus 2001 di Brunei Darussalam.