x

Pindah Negara, 3 Pebulutangkis Indonesia Ini Tetap Moncer

Sabtu, 10 Oktober 2020 13:13 WIB
Editor: Arum Kusuma Dewi
Mia Audina, pebulutangkis Indonesia yang 'berkhianat' dengan membela Belanda

INDOSPORT.COM – Kecewa atas pengesahan Omnibus Law oleh DPR, netizen pun ramai-ramai mendengungkan wacana untuk pindah negara. Praktik pindah negara ini sebenarnya sudah tidak asing di dunia olahraga Tanah Air, khususnya di bulutangkis.

Indonesia yang menjadi salah satu negara powerhouse bulutangkis, pernah diisi deretan atlet berprestasi yang akhirnya memutuskan untuk membela negara lain. Meski sudah tak membawa panji-panji Merah Putih, nyatanya sejumlah pemain ini tetap mampu tampil moncer di panggung dunia.

Bahkan tak jarang mereka membuat catatan sejarah baru untuk bulutangkis di negara barunya. Berikut INDOSPORT memaparkan tiga atlet bulutangkis Indonesia yang memutuskan untuk pindah negara.

Baca Juga
Baca Juga

Mia Audina

Ratu bulutangkis kelahiran Jakarta ini pasti menjadi salah satu nama yang langsung melintas di pikiran ketika membayangkan atlet Indonesia yang pindah negara. Dengan prestasinya, Mia Audina menjadi salah satu legenda tunggal putri Indonesia terbaik.

Saat masih berusia 14 tahun, secara mengejutkan Mia Audina menjadi penentu kemenangan tim Piala Uber melawan China pada 1994. Dua tahun berselang, ia juga membantu Merah Putih mempertahankan gelar tersebut.

Berbagai turnamen Grand Prix pun menjadi saksi kelincahan dan Mia Audina. Beberapa gelar yang dimenangkan antara lain US Open 1996, Japan Open 1997, dan Indonesia Open 1998.

Namun karena alasan cinta, Mia Audina memutuskan untuk berpindah kewarganegaraan ke Belanda sejak menikah pada tahun 2000.

Tak lagi membela bendera Merah Putih tak membuat Mia Audina berhenti berkarier sebagai seorang atlet bulutangkis. Malahan, kariernya tetap moncer dengan membawa panji-panji Negeri Kincir Angin, bahkan menorehkan sejumlah rekor penting dalam sejarah bulutangkis Belanda.

Baca Juga
Baca Juga

Mia Audina mempersembahkan medali pertama untuk Belanda di Kejuaraan Dunia Bulutangkis sejak 1977. Ketika itu ia memenangkan medali perunggu. Raihan perak di Athena pada 2004 lalu juga membuatnya menjadi pebulutangkis pertama Belanda yang membawa pulang medali Olimpiade.

Sementara di kejuaraan beregu, Mia Audina juga memimpin tim putri Belanda meraih medali perak untuk pertama kalinya di ajang Piala Uber.


1. Fung Permadi

Fung Permadi pernah merasakan membela timnas bulutangkis Taiwan.

Fung Permadi adalah pebulutangkis tunggal putra yang bersinar di eranya. Saat itu memang Indonesia punya stok pemain putra yang mendominasi bulutangkis dunia, seperti Ardy Wiranata, Alan Budikusuma, hingga Hariyanto Arbi.

Pemain kelahiran Purwokerto ini mengoleksi sederet gelar BWF Grand Prix, dari German Open, Canada Open, Swiss Open, hingga menjadi runner up Indonesia Open ketika kalah dari Alan Budikusuma pada 1993 silam. Fung juga sempat membawa pulang medali perunggu Kejuaraan Asia pada 1992 silam.

Pada 1995, Fung Permadi memutuskan untuk pindah ke Taiwan karena mengaku jarang mendapatkan kesempatan tampil di turnamen internasional akibat tersisih dari rekan-rekannya yang lain di pelatnas.

Baca Juga
Baca Juga

“Saya memang lebih banyak mewakili Taiwan. Awalnya hanya sebagai sparring. Lalu main di Korea Open, eh malah masuk final. Lalu saya diminta main terus (untuk Taiwan),” tuturnya, sebagaimana dikutip Antara.

Bermain ketika mengusung bendera Taiwan, Fung Permadi malah jauh lebih fantastis. Ia juara China Open 1996, Korea Open 1999, World Grand Prix Finals 1999, bahkan kembali merebut perunggu di Kejuaraan Asia 1999.

Fung juga sempat diminta melatih tunggal putra di timnas Taiwan pada 2006 lalu sebelum akhirnya kembali ke Tanah Air untuk mengembangkan bakat-bakat muda di klub PB Djarum.

Tony Gunawan

Tony Gunawan adalah pebulutangkis legenda spesialis di sektor ganda. Bersama Candra Wijaya, Tony mencatat tinta emas untuk bulutangkis Indonesia ketika menjuarai Olimpiade Sydney 2000.

Namun satu tahun kemudian, ia pindah ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi di bidang computer engineering. Kecintaannya pada bulutangkis akhirnya menyeret Tony lagi untuk kembali ke lapangan.

Kemampuan tepok bulu pemain yang pernah dilatih Christian Hadinata ini akhirnya menyumbang medali emas pertama untuk Amerika Serikat di Kejuaraan Dunia Bulutangkis pada 2005 lalu.

Baca Juga
Baca Juga

Saat itu ia berpasangan dengan Howard Bach dan mengandaskan mantan pasangannya dulu, Candra Wijaya/Sigit Budiarto, 15-11, 10-15, dan 15-11.

Selain itu Tony Gunawan/Howard Bach juga menjadi juara di sejumlah turnamen seperti US Open 2005 dan 2009.

Fung PermadiTony GunawanMia AudinaTRIVIABulutangkisBerita Bulutangkis

Berita Terkini