x

Flandy Limpele dan Nova Widianto, Legenda Ganda Campuran yang Nyaris Ciptakan All Indonesian Final di Olimpiade

Selasa, 29 Maret 2022 16:40 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
Mengenang perjalanan dua pelatih ganda campuran Indonesia, Flandy Limpele dan Nova Widianto, saat mengharumkan Tanah Air di Olimpiade 2008. Foto: Choi Won-Suk/AFP/Getty Images/HUMAS PP PBSI

INDOSPORT.COM - Pelatih bulutangkis spesialis ganda, Flandy Limpele, akhirnya pulang ke 'rumahnya', Indonesia. Kepastian ini didapat setelah PBSI resmi mengontraknya sebagai pelatih baru sektor ganda campuran mulai April 2022.

Sebelumnya, Flandy Limpele memang memiliki segudang pengalaman di tanah perantauan. Sempat melatih pelatnas bulutangkis India, Flandy Limpele kemudian berlabuh ke Malaysia pada 2020.

Baca Juga

Kabaranya, salah satu prestasi terbaiknya saat melatih ganda putra Malaysia menjadi alasan PBSI untuk mengontraknya.

"Flandy dipilih karena sebagai pelatih, dia sangat berpengalaman. Track record-nya disiplin serta punya komitmen,” ucap Kabid Binpres PBSI, Rionny Mainaky.

Kembalinya Flandy Limpele ke Cipayung memang telah dinanti-nantikan banyak pencinta bulutangkis nasional. Bagaimana tidak, Flandy merupakan salah satu icon bulu tangkis Tanah Air di nomor ganda.

Dengan kembalinya Flandy Limpele, itu artinya ganda campuran Indonesia akan diasuh oleh dua orang legenda Tanah Air, yakni Flandy dan Nova Widianto.

Ya, rekan seangkatan Flandy, Nova Widianto, sudah terlebih dahulu menjadi juru latih ganda campuran di Pelatnas PBSI. Ketika aktif, baik Flandy dan Nova merupakan jagoan Indonesia di nomor ganda campuran.

Bukan cuma pernah mengantar Aaron Chia/Soh Wooi Yik menjadi peraih medali perunggu di Olimpiade (mengalahkan pasangan Hendra/Ahsan), Flandy sendiri merupakan seorang medalist sama dengan Nova.

Baca Juga

Meski begitu, sebelum akhirnya kembali ke sektor ganda campuran, Flandy terlebih dahulu bersinar di nomor ganda putra. Berpasangan dengan Eng Hian (sekarang pelatih ganda putri), Flandy pernah menghasilkan prestasi tertinggi berupa medali perunggu Olimpiade Athena tahun 2004.

Kala itu, pasangan ini kalah dari duo Korea Selatan, Kim Dong-moon/Ha Tae-kwon. Untungnya, pada perebutan perunggu, Eng Hian/Flandy Limpele menang 15-13, 15-7 atas pasangan Denmark, Jens Eriksen/Martin Hansen.

Kejayaan Ganda Campuran Indonesia

Ketika Flandy Limpele berpetualang bersama Eng Hian, Nova Widianto telah bersinar di nomor ganda campuran bersama pasangannya, Vita Marissa.

Bersama Vita, setidaknya Nova Widianto merasakan juara SEA Games dan Japan Open. Namun, bersama anak muda, Lilyana Natsirlah, sinar Nova Widianto terang benderang.

Pasangan ini menjadi salah satu yang ditakuti di dunia. Mereka berhasil dua kali meraih titel juara dunia (2005, 2007).

Sementara itu, setelah perunggu Olimpiade di 2004, Flandy Limpele mulai serius menapaki jejak Nova untuk mantap di ganda campuran. Menariknya, pasangan Flandy kala itu adalah mantan partner dari Nova Widianto, yakni Vita Marissa.  

Baca Juga

Siapa sangka, duet Flandy dan Vita justru lebih 'klop'. Keduanya sempat merebut sejumlah gelar bergengsi seperti France Open, Japan Open, dan emas SEA Games sampai tahun 2007.


1. Nyaris All Indonesian Final di Olimpiade 2008

Legenda bulutangkis Indonesia Flandy Limpele yang kini jadi kepala pelatih tepok bulu Malaysia.

Momen yang paling dikenang sebagai salah satu masa kejayaan ganda campuran Indonesia tentu saja adalah Olimpiade 2008. Kedua pasangan terbaik Tanah Air, Flandy/Vita dan Nova/Lilyana, nyaris menciptakan All Indonesian Final di final Olimpiade 2008.

Baca Juga

Sebagai dua andalan Indonesia di nomor ganda campuran, keduanya mampu menembus babak semifinal. Pasangan Flandy/Vita melaju setelah menyingkirkan ganda legendaris Denmark, Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl, di perempatfinal lewat tiga set 17-21, 21-15, 17-21.

Sementara Nova Widianto/Lilyana Natsir melenggang ke semifinal setelah menyingkirkan kuda hitam Thailand, Sudket Prapakamol/Saralee Thoungthongkam, dengan skor 21-13, 21-19.

Di partai semifinal, Flandy/Vita jumpa dengan legenda Korea Selatan, Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung. Sedangkan Nova/Lilyana berjumpa ganda campuran China, He Hanbin/Yu Yuang. Potensi All Indonesian Final pun sangat terbuka.

Baca Juga

Pasngan Nova Widianto/Lilyana Natsir sukses mengalahkan duo China dalam laga ketat tiga set, 15-21, 21-11, 23-21. Sayangnya, kemenangan ini tidak diikuti oleh Flandy/Vita. Mereka dikalahkan oleh duo Korea Selatan lewat tiga set, 9-21, 21-12, 17-21.

Alhasil hanya Nova/Lilyana saja wakil Indonesia di partai final. Sayangnya, Nova dan Lilyana gagal menuntaskan misi setelah kalah dari Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung yang akhirnya merebut medali emas.

Pada perebutan medali perunggu, Flandy Limpele/Vita Marissa juga kembali kalah. Meski begitu, ini merupakan prestasi yang patut dibanggakan. Sebab, Indonesia mampu mengirim dua wakil ganda campuran di semifinal Olimpiade.

Baca Juga

Barulah delapan tahun kemudian, misi tertunda Nova Widianto berhasil diselesaikan oleh partnernya, Lilyana Natsir, yang sukses merebut medali emas Olimpiade Rio 2016 berpasangan dengan Tontowi Ahmad.


2. Duet Pelatih Ganda Campuran dan Tantangan Berat ke Depan

Pasangan ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.

Setelah bersinar sebagai pemain, kini Flandy Limpele dan Nova Widianto sama-sama kembali untuk berjibaku memajukan sektor ganda campuran Indonesia.    

Ya, kembalinya duet legenda ini memberikan harapan besar bagi kebangkitan sektor ganda campuran yang dalam setengah dekade terakhir tidak konsisten dan bahkan stagnan.

Pengalaman dan prestasi Flandy sebagai pelatih di negara orang diharapkan bisa memperbaiki hal tersebut. Tentu ditambah dengan kemampuan kepelatihan dari Nova Widianto.

Setelah era Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir, sektor ganda campuran sangat bergantung kepada pasangan Praveen Jordan/Melati Daeva. Prestasi kedua pasangan 'anyar' ini sebetulnya tidak buruk-buruk amat, karena berhasil mempersembahkan sejumlah gelar Super 750 dan 1000.

Sayangnya, sebagai wakil Indonesia, keduanya gagal menunjukkan performa yang konsisten. Dan bahkan, keduanya mengalami kemunduran prestasi hingga puncaknya didepak dari Pelatnas.

Perginya Praveen/Melati juga diikuti oleh Gloria Emanuelle, pebulutangkis ganda campuran nomor dua Indonesia yang kini bertanding secara independen bersama Dejan Ferdinansyah.

Tentu, pintu masih terbuka bagi kedua pasangan untuk kembali ke Cipayung. Hanya saja, untuk mewujudkan hal tersebut, terbentang Pekerjaan Rumah yang tak mudah.

Ini menjadi tugas besar bagi Flandy Limpele dan Nova Widianto untuk mengembalikan sektor ganda campuran Tanah Air ke puncak dunia. Pengalaman keduanya diharapkan dapat membantu terwujudnya hal tersebut.

Jangan lupakan pula, Indonesia masih memiliki sejumlah darah muda yang siap dipoles menjadi The Next Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir seperti Adnan Maulana/Mychelle Crhystine Bandaso hingga Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati.

OlimpiadeFlandy LimpeleNova WidiantoBulutangkisBerita Bulutangkis

Berita Terkini