x

Resep Ampuh Indonesia Borong 4 Gelar All England 1979, Mungkinkah Terwujud Lagi?

Minggu, 26 Februari 2023 13:05 WIB
Penulis: Martini | Editor: Isman Fadil
Tjun Tjun/Johan Wahjudi, pasangan ganda putra Indonesia yang menguasai All England era 70an.

INDOSPORT.COM - Ada resep ampuh yang menjadi faktor Indonesia bisa meraih empat gelar juara di All England 1979. Mungkinkah kejayaan itu bisa terwujud lagi tahun ini?

All England merupakan salah satu turnamen bulutangkis tertua di dunia. Ajang ini lantas dipatenkan oleh BWF menjadi ajang Super 1000, sehingga poin ranking-nya tinggi.

Dalam waktu dekat, skuat Indonesia akan berjuang di pentas All England 2023, mulai 14-19 Maret di Birmingham Arena, Inggris.

Dalam lima tahun terakhir, wakil Indonesia yang bisa juara All England bisa dihitung jari. Hanya sektor ganda putra yang rutin memberikan gelar dari ajang prestisius ini.

Mulai dari Marcus Gideon/Kevin Sanjaya, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, dan yang teranyar adalah pasangan muda, Bagas Maulana/M. Shohibul Fikri.

Baca Juga

Satu gelar juga diberikan oleh pasangan ganda campuran, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Sedang sektor tunggal dan ganda putri masih nihil kontribusinya.

Padahal, Indonesia pernah berjaya di All England 1979, di mana empat wakil Merah Putih secara bersamaan naik podium juara. Rekor dunia yang belum pernah terjadi lagi.

Baca Juga

Tunggal putra ada Liem Swie King. Ganda putra masih dikuasai oleh Tjun Tjun/Johan Wahyudi. Ganda putri akhirnya disikat oleh pasangan Verawaty Fajrin/Imelda Wiguna.

Gelar itu dilengkapi oleh Christian Adinata/Imelda Wiguna dari sektor ganda campuran. Hanya tunggal putri yang tidak mengirimkan wakilnya di final All England 1979.

Lantas, apa rahasia skuat Indonesia bisa menguasai podium All England 1979?

Baca Juga

1. Solusi: Pindahkan Arena Pelatnas

Peraih medali perunggu Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan runner up Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2022. Setelah ini mereka akan berjuang di All England 2023. Foto: PBSI

Akun Twitter @rubbergameid mengunggah momentum flashback perjuangan Indonesia di All England 1979. Kala itu, tim Merah Putih nyaris sapu bersih seluruh gelar juara.

Rupanya, salah satu rahasianya adalah adaptasi yang baik. Verawaty Fajrin dkk berlatih di daerah Bandung yang dingin, sehingga mirip dengan suasana di Inggris.

"Pada 1979, Pelatnas Bulutangkis pindah ke Bandung demi mempersiapkan All England. Mengapa? Karena suhu di Bandung lebih dingin daripada Senayan," tulisnya.

Taktik itu berjalan sesuai harapan. Pemain Indonesia semakin terbiasa dengan cuaca dingin khas Eropa, sehingga bisa bermain santai dan akhirnya merengkuh trofi juara.

"Bahkan pasangan Imelda dan Verawaty (almarhumah) yang sebelumnya kerap kesulitan karena masalah cuaca, berhasil menyumbang gelar di sektor ganda putri."

Baca Juga

Lantas, apakah taktik ini bisa diterapkan lagi? Sejumlah netizen menuturkan jika Bandung sudah tidak sedingin dulu, tapi masih ada daerah lain yang bisa jadi opsi.

"Tapi sekarang Bandung ga terlalu dingin," komentar dari akun Twitter @kemot__.

"Bisa dicoba latihan di daerah Dieng," timpal pemilik akun Twitter @asahihelix.

Baca Juga

"Bisa dicoba latihan nyewa dulu di lapangan All England haha," seloroh dari akun Twitter @thoriqul_haaq.

Faktanya, Indonesia sendiri memilih absen di gelaran German Open 2023 pada 7-12 Maret, agar bisa fokus menghadapi All England 2023 pada 14-19 Maret 2023.

Maka, tidak ada salahnya jika mencoba untuk memindahkan kembali arena latihan Pelatnas ke daerah yang cukup dingin, agar terbiasa dengan suhu di arena All England.

Baca Juga
PelatnasPelatnas CipayungAll EnglandLiem Swie KingTjun Tjun/Johan WahyudiVerawati Fajrin/Imelda WigoenaIn Depth SportsBulutangkisBerita BulutangkisVerawaty Fajrin

Berita Terkini