Restu Orang Tua, Kontroversi, dan Perjalanan Si Kidal Fenomenal, Lin Dan
INDOSPORT.COM - Dikenal sebagai salah satu atlet bulutangkis hebat dunia asal China, Lin Dan rupanya punya kisah hidup yang berliku dan mungkin belum banyak diketahui orang.
Bagi badminton lovers, tentunya tidak asing lagi dengan nama seorang pebulutangkis asal China, Lin Dan. Bukan tanpa sebab memang, mengingat kehebatan dan prestasinya di dunia bulutangkis sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.
Berkarier di bulutangkis sejak kecil, Lin Dan mampu menorehkan sejumlah prestasi gemilang. Tidak main-main, sejak mengikuti kompetisi internasional pada 2002 silam, Lin Dan sudah mengantongi lebih dari 62 gelar juara.
Tak hanya gelar juara, Lin Dan juga punya rekor fenomenal di bulutangkis, yakni sebagai satu-satunya pebulutangkis yang mampu meraih 2 medali emas Olimpiade.
Ya, di ajang 4 tahunan Olimpiade, Lin Dan sukses 2 kali meraih gelar juara, yakni pada ajang Olimpiade 2008 di Beijing dan Olimpiade 2012 di London.
Sebelum jauh membicarakan kehabatan-kehebatan Lin Dan yang lainnya di jagat bulutangkis, ada baiknya kita juga menyimak kisah perjalanannya.
Lin Dan dilahirkan pada 14 Oktober 1983, di kota Longyan, Fujian. Sebuah kota kecil yang berjarak 20 jam dari ibukota China, Beijing. Ia merupakan buah hati yang ditunggu-tunggu oleh pasangan suami-istri, Gao Xiuyu dan Lin Jianbin.
Ketika masih kecil, kedua orang tua Lin Dan sebenarnya tidak ingin anaknya menjadi seorang atlet. Oleh sebab itu, mereka mulai menyuruh Lin Dan untuk belajar memainka piano.
Akan tetapi, Lin Dan kecil ternyata kurang tertarik dengan bidang seni musik, dan justru menggemari olahraga bulutangkis. Hal itu sendiri sudah terlihat ketika usia Lin Dan masih menginjak lima tahun.
Orang tua Lin Dan yang awalnya ingin mengarahkan anaknya menjadi musisi, pada akhirnya luluh dan mulai mendukung kiprahnya sebagai atlet bulutangkis.
Serius menggeluti bulutangkis, Lin Dan pun terus berlatih. Hingga akhirnya ketika masih berusia 13 tahun, ia bergabung dengan klub bulutangkis yang dimiliki tentara pembebasan China.
1. Langsung Mentereng
Tak butuh waktu lama, tepatnya 5 tahun sejak bergabung dengan klub bulutangkis tersebut, Lin Dan dipanggil untuk memperkuat China di berbagai turnamen level internasional.
Langkah pertama Lin Dan di dunia bulutangkis profesional pun dimulai pada 2001 silam. Saat itu, ia menjadi perwakilan China di ajang Kejuaraan Badminton Asia.
Hebatnya, meski muncul sebagai pebulutangkis baru dan non-unggulan, Lin Dan secara mengejutkan mampu terus melangkah hingga ke partai final, walau akhirnya kalah dari Xia Xuanze.
Meski gagal juara Lin Dan pantang menyerah dan terus menunjukan kegemilangannya dalam bulutangkis, hingga akhirnya pada 2002, ia meraih gelar juara pertamanya saat mengikuti kejuaraan Korea Open.
Sejak saat itu, hingga tahun 2016, Lin Dan tercatat sudah 82 kali menembus partai final. Hebatnya, lebih dari setengah penampilannya di laga final, tepatnya 62 kali berhasil ia menangkan.
Tahun 2004 sendiri menjadi salah satu tahun paling bersejarah dalam perjalanan karier Lin Dan di dunia bulutangkis. Untuk pertama kalinya, ia menyandang status sebagai pebulutangkis nomor satu dunia.
Tidak hanya itu, pada 2004, Lin Dan juga untuk pertama kalinya berhasil menjuarai kejuaran All England. Gelar juara itu ia raih setelah mengandaskan wakil Denmark, Peter Gade.
Pasca laga, Gade langsung menjuluki Lin Dan sebagai Super Dan, julukan yang terus disandangnya hingga memutuskan pensiun dari bulutangkis.
2. Penuh Kontroversi
Selain memiliki teknik bulutangkis hebat, ditambah prestasi yang mentereng, Lin Dan juga dikenal sebagai sosok yang kontroversial.
Ya, sebagai seorang pebulutangkis, Lin Dan merupakan sosok yang cukup tempramental dan sering berbuat ulah. Bila diibaratkan dengan pesepakbola, sosok Lin Dan sangat mirip dengan penyerang Chelsea, Diego Costa yang juga suka berbuat ulah saat pertandingan.
Salah satu ulah kontroversial yang pernah dilakukan Lin Dan terjadi pada 10 April 2008 lalu. Saat itu, pebulutangkis berpostur tinggi 1,78 m tersebut secara tiba-tiba memukul pelatihnya sendiri, yakni Ji Xinpeng.
Kejadian yang terjadi di training camp timnas China jelang Olimpiade 2008 tersebut dilatarbelakangi ketidakmampuan Lin Dan untuk mengontrol emosinya, pasca kalah dari lawan latihannya. Diduga Lin Dan tersulut emosi mendengar kata-kata Ji Xinpeng yang dianggap menyinggung dirinya.
Di tahun yang sama, Lin Dan kembali berbuat ulah dalam babak final Korea Terbuka. Saat itu, Lin Dan yang dikalahkan wakil Korea Selatan, Lee Hyun-il, terlibat adu mulut dengan pelatih Korea asal China, Li Mao.
Puncaknya, karena kesal, Lin Dan sempat meleparkan raket yang ia pegang ke arah Li Mao. Beruntung, Li Mao mampu menghindar hingga raket tersebut tidak mengenai dirinya.
Terlepas dari aksi-aksi kontroversialnya, Lin Dan pada akhirnya akan dikenang sebagai salah satu pebulutangkis hebat dunia.