Pasang Surut Sepakbola di 'Negeri Dongeng'

Jumat, 8 April 2016 16:30 WIB
Editor: Randy Prasatya
 Copyright:
Hubungan Perang dengan Inggris

Popularitas sepakbola lahir berkat tidak adanya sedikitpun kebijakan untuk mempraktekannya di sekolah dasar. Langkah mengejutkan ditempuh dengan para guru ditawarkan pelatihan formal untuk mengadopsi permainan yang telah berkembang di Inggris. Jika Hans masih hidup, tentu dia akan menyetujuinya.

Dia telah menjadi pengagum Inggris dan mengenyam pendidikan sekolah di sana, serta pada kunjungan pertamanya tahun 1847 ia bertemu Charles Dickens, seorang penulis fiksi yang dianggap paling terkenal di era Victoria.

Selain karena faktor kedekatan Hans dengan Inggris, Denmark juga punya banyak kisah yang berkaitan dengan Inggris. Pada awal abad ke-8, pasukan Viking menginvansi sebagian wilayah Inggris, dan tak lama kemudian menyerang ke Kepulauan Faroe, Islandia, dan Greenland.

Hubungan sejarah itupun pada akhirnya melibatkan sepakbola sebagai wadah pengembangan pikiran anak muda. Seiring waktu kegilaan akan sepakbola pun menyebar di Copenhagen hingga lahir Dansk Boldspil-Union (DBU) pada 1889, yang kita kenal sebagai Asosiasi Sepakbola Denmark.

Meski telah memilik federasi sepakbola, Denmark tidak mudah memajukan olahraga tersebut. Setidaknya butuh seperempat abad untuk tampil di kejuaraan antarnegara, tepatnya pada Olimpiade 1912.

Pakar sepakbola Denmark, Toke Moller Theilade, menjelaskan jika visi asli sepakbola di negara tersebut tidak cukup mencerahkan untuk mendorong majunya sepakbola.

“DBU adalah salah satu federasi paling konservatif di dunia, dan sepakbola profesional tidak diperkenankan di Denmark sampai akhir 1970-an,” ujar Toke Moller Theilade.

“Bahkan mereka menolak untuk memanggil pemain ke tim nasional yang telah profesional dalam karier mereka. Hal itu menjelaskan mengapa tim Denmark cepat jatuh di belakang para pesaing Eropa, karena semakin banyak negara menerima profesionalisme,” sambung pria yang juga gemar mengamati persepakbolaan Rusia.

“Barulah setelah itu striker legendaris Harald Nielsen dan politisi Helge Sander mengancam DBU dengan menciptakan liga profesional sebagai alternatif,” tandasnya.

KB memenangkan dua edisi pertama turnamen Copenhagen Football Championship, yang merupakan kejuaraan paling bergenggsi saat itu, dan secara otomatis KB ditempatkan di final untuk menghadapi pemenang di pertandingan playoff antar pemenang regional.

Seiring waktu format dan jumlah tim peserta bervariasi sampai akhir abad ke-20, tetapi keberhasilan awal KB menetapkan standar untuk klub lain. Mereka tetap klub paling sukses dalam sejarah sepakbola Denmark dengan 15 gelar nasional, namun warisan mereka sekarang sangat berbeda.

105