Legenda Olahraga

Kisah Pendiri PSSI, Soeratin: Berjuang untuk Persatuan, Masa Tua 'Diacuhkan'

Kamis, 19 Mei 2016 19:00 WIB
Penulis: Lanjar Wiratri | Editor: Galih Prasetyo
 Copyright:
Tanpa gelar pahlawan

Atas segala jasa-jasanya mendirikan dan memelihara PSSI, nama Soeratin akan terus dikenang selamanya. Piala Soeratin yang merupakan kejuaraan sepakbola junior PSSI kini, merupakan 'bukti' salah satu penghargaan untuk sang pahlawan pendiri PSSI.

Sempat bergulir wacana untuk mengajukan Soeratin sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia. Melalui Rapat Paripurna Nasional PSSI 2005 (Kep/09/Raparnas/XI/2005), gelar pahlawan nasonal untuk Soeratin dituntut, sayang hingga kini gelar itu belum diperoleh karena masalah administrasi.

Selain diabadikan dalam ajang Piala Soeratin, rumah yang dijadikan oleh sang pendiri PSSI untuk melakukan berbagai pertemuan dengan para tokoh sepakbola nasional juga dijadikan sebagai salah satu monumen untuk mengenang ‘sang pahlawan tanpa tanda jasa’. 

Rumah milik Soeratin di Yogyakarta sebagai saksi bisu terbentuknya PSSI kini dijadikan salah satu monumen untuk mengenangnya.

“Rumah beliau yang digunakan untuk rapat-rapa masih ada di Yogyakarta menjadi hotel Ndalem Soeratin yang dikelola oleh adik Praharso, putra dari Ir Soeratmo Sosrosoegondo," kata Wuly.

"Oh ya, rumah di Yogya yang digunakan untuk kepentingan-kepentingan sepakbola itu dibuat dan dibangun sendiri oleh eyang Soeratin, eyang putri Sriwulan menempati rumah ini sampai akhir hayat beliau,” ujar Wuly.

Kini, Wuly sebagai cucu Soeratin pun berharap jika PSSI yang dibangun sang kakek dengan susah payah, penuh darah dan air mata tak terpecah belah. Pencabutan pemekuan PSSI oleh Menpora, Imam Nahrawi, yang berujung pencabutan sanksi oleh FIFA, diharapkan Wuly memberi secercah ahrapan baru bagi PSSI yang di awal berdirinya dijadikan alat pemersatu bangsa oleh Soeratin.

“Harapan kami tentunya jangan sampai PSSI yang dengan susah payah menjadi alat pemersatu bangsa dibiarkan tercerai berai lagi dan tetap bisa mengangkat derajat bangsa dimata dunia,” ujar Wuly.

563