Sepak Terjang Tiga Jenderal Calon Ketum PSSI di Dunia Militer

Kamis, 13 Oktober 2016 18:42 WIB
Editor: Galih Prasetyo
 Copyright:
Jenderal Teknokrat

Lahir di Kediri pada 08 Juni 1957 silam, Jenderal TNI (Purn.) Dr. Moeldoko bisa dikatakan sebagai sosok tentara yang pemikir. Hal itu bisa terlihat semenjak ia lulus dari Akabri pada 1981 silam, kala itu Moeldoko mendapat gelar sebagai lulusan terbaik dan meraih Bintang Adhi Makayasa. 

Lulus dari Akabri, Moeldoko melanjutkan pendidikan di kursus dasar kecabangan Infanteri, kursus dasar Para, serta Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad). 

Di Seskoad ini, Moeldoko kembali mendapat predikat lulusan terbaik pada 1995 silam. Selang setahun kemudian, Moeldoko mendapat jabatan Komandan Kodim 0501 Jakarta Pusat. 

Saat hura hara 1998, Moeldoko memegang jabatan sebagai Sespri Wakasad saat itu, Letjen Subagyo HS. Pada 2007, Moeldoko mendapat jabatan Pa Ahli Kasad Bidang Ekonomi. 

Saat menjabat Panglima TNI, Moeldoko mendapat gelar Doktor usai menyelesaikan disertasinya yang berjudul "Kebijakan dan Scenario Planning Pengelolaan Kawasan Perbatasan di Indonesia (Studi Kasus Perbatasan Darat di Kalimantan)" di Program Pascasarjana Ilmu Administrasi FISIP Universitas Indonesia. 

Jiwa teknokrat memang ada di diri Moeldoko. Pada 2013 misalnya, ia sangat menginginkan TNI mampu menguasai teknologi. Sejumlah pengamat militer menyebut bahwa Moeldoko saat menjabat panglima TNI memiliki sejumlah langkah besar. 

Yang pertama, soal tata postur TNI yang harus efektif dan efisien. Yang kedua soal langkah dramatis untuk melampaui capaian militer negara ASEAN. Yakni, menekankan pembangunan angkatan perang yang kuat dengan didukung alutsista modern dan memanfaatkan teknologi cyber

180