Sepak Terjang Tiga Jenderal Calon Ketum PSSI di Dunia Militer

Kamis, 13 Oktober 2016 18:42 WIB
Editor: Galih Prasetyo
 Copyright:
Jenderal Anti Judi

Pria kelahiran Aceh pada 10 Maret 1961 ini masih berstatus sebagai Pangkostrad saat mencalonkan diri sebagai orang nomor satu PSSI. 

Letjen Edy sebelum menjabat sebagai Pangkostrad pernah menjabat Panglima Divisi Infanteri I, Kostrad pada 2014 lalu. Edy Rahmayadi bisa dibilang sebagai salah satu prajurit tempur hebat yang dimiliki negeri ini. 

Lulus dari Akabri pada 1985, ia lalu masuk ke Danton di jajaran Kopassus. Saat negeri ini dilanda kerusuhan pasca Soeharto lengser pada 1998, Edy menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 100/Prajurit Setia, Kodam I/Bukit Barisan. 

Saat provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tengah bergejolak pada 2001 silam, Edy tercatat menjabat Kasi Ops Rem 011/Lilawangsa, Kodam Iskandar Muda dan Kasi Ops Rem 031/WIrabraja, Kodam Bukit Barisan. 

Baru pada 2006, Edy keluar dari Aceh. Ia pun mendapat jabatan sebagai Pabandya-3/Banglarsat, Paban III/Binorg, Sopsad. Setelah dari sini, karier militer Edy semakin naik. 

Pada 2015 saat menjabat sebagai Panglima Kodam I/Bukit Barisan, Letjen Edy memiliki cerita menarik. Dilansir dari potretnews.com, Letjen Edy pernah mendapat sogokan sebesar Rp250 juta per malam dari seorang bandar judi di Belawan. Uang itu untuk memuluskan aktifitas judi di daerah tersebut. 

"Pertama saya ditawari Rp50 juta per malam, karena ditolak kemudian ditambah menjadi Rp100 juta dan akhirnya menjadi Rp250 juta. Lalu saya bilang, kurang. Mungkin orang yang datang itu menghitung cost terlalu tinggi sehingga akhirnya tak pernah datang lagi ke rumah saya," ungkap Letjen Edy. 

Menurut Edy Rahmayadi, ketika dia bertanya kepada Kapolres Pelabuhan Belawan (ketika itu dijabat AKBP Aswin Sipayung) apakah di Belawan ada permainan judi, dengan bangganya kapolres itu menjawab, ada! Lantas, Edy Rahmayadi minta supaya permainan judi yang meresahkan masyarakat itu dihentikan dan ternyata bisa dihentikannya.

180