Kongres PSSI Batal, Menpora Diminta Cicipi Pisang Epe 'Agar' Tak Abai Sejarah

Senin, 17 Oktober 2016 18:56 WIB
Kontributor: Basri | Editor: Galih Prasetyo
© Ginanjar/INDOSPORT
Menpora, Imam Nahrawi saat menghadiri pembukaan Peparnas Jabar 2016 cetak sejarah. Copyright: © Ginanjar/INDOSPORT
Menpora, Imam Nahrawi saat menghadiri pembukaan Peparnas Jabar 2016 cetak sejarah.

Salah seorang pecinta bola asal Makassar, Imam Dzulkifli menulis surat terbuka yang ia tujukan kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi terkait gagalnya kongres PSSI di kota tersebut. 

Imam menulis untaian kata mengharukan di akun Facebook miliknya. Dalam tulisan tersebut, Imam berkeluh kesah bahwa batalnya kongres di Makassar sangat tidak bisa diterima oleh akal sehatnya, 

"Di sebuah media online, Anda mengajak publik tak membesar-besarkan pilihan Anda kepada Yogyakarta. Sebab, kata Anda, tempat hanya soal teknis. Tetapi bagi siapa saja yang pernah sekolah, alasan itu tidak cukup cerdas. Kalau tempat tidak perlu dipermasalahkan, mengapa Makassar ada bikinkan surat rekomendasi penolakan?" tulis Imam. 

Dilanjutkan oleh Imam, pernyataan Kemenpora yang menginginkan Yogyakarta sebagai tempat kongres dengan alasan lebih memiliki nilai histroris sebagai alibi yang memperlihatkan Menpora tidak tahu soal sejarah sepakbola nasional. 

"Tetapi Anda ngotot tidak mau Makassar. Yogyakarta Anda sebut lebih bersejarah. Tempat lahirnya PSSI. Alibi yang membuat Anda tampak tidak tahu, Makassar juga punya jasa besar untuk persepakbolaan negeri ini. PSM jauh lebih tua dari PSSI," tulis Imam. 

Bahkan Imam menyarankan agar politisi asal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mencicipi makanan khas Makassar agar tidak pilih kasih terhadap salah satu kota di Indonesia. 

"Kami mohon Anda jangan pernah lagi datang ke Makassar. Tidak pantas seorang menteri di Republik Indonesia menunjukkan pilih kasih seperti itu. Kalau Anda masih ingin makan barongko atau pisang epe, titip saja alamat lengkap. Kami akan kirimkan via JNE atau Tiki. Jangan cemas ada sianida. Kami tak sejahat itu," 

Di akhir tulisannya, Imam menuliskan bahwa jangan sampai akibat keputusan tersebut, Menpora bakal tercatat dalam sejarah sebagai orang yang dua kali menghilangkan hiburan bagi ratusan juta rakyat, 

"Tetapi kami tetap mengucapkan selamat. FIFA tak sampai membekukan lagi sepakbola Indonesia. Sebab seandainya itu terjadi lagi, sejarah akan mencatat nama Anda sebagai orang yang dua kali menghilangkan hiburan bagi ratusan juta rakyat. Sepakbola di televisi adalah alasan bagi banyak orang tetap tersenyum di sore dan malam hari.

"Sekian dulu ya, Pak Imam. Perbanyaklah berolahraga ketimbang mencampuri urusan federasi. Jogging atau treadmil baik untuk Anda. Tetapi jangan yoga, itu lebih cocok untuk Sophia Latjuba. Sering-sering juga mencukur kumis. Anda sedikit lebih gagah dengan wajah bersih. Meski tetap tidak lebih tampan dibanding Kurniawan Dwi Julianto." 

4