Peristiwa Masa Lampau

Battle of Montevideo, Menziarahi Laga Paling Brutal Sepanjang Sejarah Piala Interkontinental

Rabu, 14 Desember 2016 14:00 WIB
Editor: Rizky Pratama Putra
 Copyright:
Salah Sejak Awal

Skor agregat 2-2 pun memaksa pertandingan harus dilanjutkan dengan pertandingan play off, atau laga ketiga. Belum diterapkannya atuan tentang adu penalti membuat laga final Piala Interkontinental 1967 berlangsung lebih panjang.

Pertandingan ketiga ini sejatinya akan berlangsung di tempat yang netral. Montevideo dipilih menjadi tuan rumah penentuan juara antarbenua tersebut.

Estadio Centenario akan menjadi saksi laga pamungkas dalam laga terbesar di turnamen antarklub sejagad kala itu. Stadion terbesar di Uruguay tersebut berkapasitas 65 ribu kursi.

Stadion ini juga memiliki pagar pembatas dari baja. Hal ini menjadi alasan memilih ibu kota Uruguay tersebut sebagai penyelenggara laga penentuan ini.

Jarak juga menjadi pertimbangan digelarnya laga tersebut di kawasan Amerika Selatan. Tidak mungkin kedua tim kembali melakukan perjalanan ribuan mil yang saat itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Akan tetapi, Montevideo tidak benar-benar netral. Jaraknya kurang dari 600 kilometer dari Buenos Aires, ibu kota Argentina, tak lebih jauh dari jarak antara Jakarta dengan Surabaya yang mencapai 768 kilometer.

Tentu saja hal ini menjadi keuntungan sendiri bagi pendukung Racing. Mereka bisa memaksimalkan laga tersebut dengan lebih banyak dukungan dari para pendukung.

Celtic sendiri menolak untuk langsung berangkat menuju Montevideo. Kericuhan yang sempat terjadi di leg kedua membuat para pemain tertahan dan baru bisa beristirahat tengah malam.

Sementara babak play off akan dilangsungkan 3 hari setelah laga leg kedua. Perjalanan final ini merupakan kerugian besar bagi wakil Eropa tersebut.

Hasrat juara dan kelelahan tentu saja menjadi bahan bakar utama bagi tragedi yang siap tercatat. Fanatisme pendukung pun ikut menyulut sebuah perang baru; The Battle of Montevideo.

1