24 Tahun Totti di Roma: Dari Meludah hingga Tolak Madrid

Senin, 29 Mei 2017 18:51 WIB
Penulis: Muhammad Adiyaksa | Editor: Yohanes Ishak
© Gazzetta
Francesco Totti saat membela AS Roma di musim 2000/01. Copyright: © Gazzetta
Francesco Totti saat membela AS Roma di musim 2000/01.
Evolusi Posisi Bermain

Totti muda mempelajari banyak posisi bermain. Mulai dari playmaker, second striker, hingga penyerang murni.

Mantan pelatih Roma, Carlo Mazzone menemukan posisi favorit untuk Totti. Mazzone menempatkan Totti sebagai fantasista. Posisi tersebut membawa Totti kepada kekeluasaan mengolah bola.

Saat Roma merengkuh scudetto 2001, Totti bermain sebagai fantasista pada formasi 4-3-1-2 kesukaan Fabio Capello. Sebagai pemain yang diberi kebebasan di atas lapangan, Totti membentuk tridente mematikan bersama Vincenzo Montella dan Gabriel Batistuta.

Pelan-pelan, Totti mengalami evolusi secara posisi bermain. Pelatih Luciano Spaletti menjadi orang pertama yang melihat celah bahwa Totti bakal semakin fenomenal jika ditempatkan sebagai striker murni.

Pada musim 2004/05, sesekali Totti diplot sebagai striker tengah dalam formasi 4-2-3-1. Meski tak jarang ia juga sedikit ditarik ke belakang untuk mendukung Antonio Cassano atau pun Vincenzo Montella di lini depan.

Bergabungnya Rodrigo Taddei dari Siena membuat Spaletti mempermanenkan posisi Totti sebagai striker tunggal. Totti mendapat sokongan dari Taddei, Simone Perotta, dan Amantino Mancini di belakangnya.

Evolusi dari fantasista menjadi striker tengah ternyata membuahkan hasil. Pertama, Totti membawa Italia meraih trofi Piala Dunia 2006. Dalam skema 4-4-2 Marcelo Lippi, Totti berduet dengan Luca Toni di lini depan Gli Azzuri.

Kedua, Totti sukses merengkuh gelar top skor Seria A pada musim 2006/07. Totti mencetak 26 gol sebagai striker tengah. Capaian yang tidak bisa ia catatkan sebelumnya sewaktu masih menjadi fantasista.

Totti kembali mengalami perubahan posisi ketika menginjak umur senja sebagai pesepakbola. Pada musim 2011/12, Totti bertransformasi sebagai penyerang sayap kiri.

Luis Enrique yang saat itu menjadi pelatih I Lupi merupakan pemegang teguh formasi 4-3-3. Skema yang jarang digunakan pelatih-pelatih Roma sebelumnya karena mengakomodir posisi Totti sebagai fantasista maupun penyerang tengah.

Arsitek asal Spanyol tersebut lebih memilih memasang penyerang murni untuk diplot sebagi striker tengah. Pablo Osvaldo menjadi pilihan Enrique saat itu. Mau tak mau, suka tak suka, Totti harus menerima ditempatkan pada sisi kiri skema tiga penyerangan milik Enrique.

Totti mengakhiri kariernya di dunia sepakbola sebagai penyerang sayap kiri. Dalam sepakbola modern seperti sekarang, sulit menemukan atau bahkan mengembalikan posisi asli Totti sebagai fantasista. Bahkan, posisi fantasista seolah telah mati dalam skema sepakbola.

2.1K