3 Alasan Naturalisasi Tak Lagi Pantas Dilakukan oleh Timnas Indonesia
Alasan lain Indonesia tidak perlu lagi melakukan naturalisasi adalah faktor munculnya banyak pemain muda potensial. Tengok saja aksi Rezaldi Hehanusa, Febry Hariyadi, Osvaldo Haay, Septian David Maulana, Satria Tama, Ryuji Utomo dan lainnya yang terus berkembang, bahkan menjadi andalan klubnya masing-masing baik di Indonesia maupun luar negeri.
Tak berhenti di situ, nama-nama yang masih belia pun belakangan mulai mencuri perhatian. Sebut saja Syahrian Abimanyu, Nurhidayat Haji Haris, Rifad Marasabessy hingga Egy Maulana Vikri yang belum lama ini menandatangani kontrak bersama klub Polandia, Lechia Gdansk.
Para pemain muda ini hanya perlu mendapatkan jam terbang yang banyak. Dan hal itu setidaknya mulai diperhatikan pelatih klub Tanah Air. Abimanyu bahkan jadi andalan di lini tengah Sriwijaya FC, ataupun Nurhidayat yang jadi 'tembok' baru Bhayangkara FC.
Menariknya, PSSI dan operator liga di Tanah Air pun mulai konsen dengan pembinaan pemain muda. Di tahun ini, mereka mewajibkan setiap klub memiliki setidaknya punya tujuh pemain dengan rentang usia 23 tahun ke bawah. Di musim sebelumnya, setiap klub bahkan harus menurunkan tiga pemain muda di starting XI.
Hal ini berbanding lurus dengan keadaan di Timnas Indonesia, di mana pelatih Luis Milla pun menyukai pemain muda. Terbukti, sejauh ini ia selalu memercayakan pemain dari Timnas U-23 untuk berlaga di pertandingan internasional.
"Permasalahan utama terletak pada jam terbang pemain. Jika mendapatkan kesempatan bermain di klub saja sulit, bagaimana mau mencari pemain timnas yang andal?" tutur Luis Milla beberapa waktu lalu.