In-depth

Chelsea vs Liverpool: Duel Taktik Revolusioner Sarrismo vs Gegenpressing

Jumat, 28 September 2018 15:45 WIB
Penulis: Coro Mountana | Editor: Yohanes Ishak
© Wallpaper Cave
Logo Chelsea. Copyright: © Wallpaper Cave
Logo Chelsea.
Revolusi di Chelsea

Pada musim ini, Roman Abramovich melakukan sebuah kebijakan yang tidak biasa dari kebiasaanya. Jika dulu taipan asal Rusia lebih suka merekrut pelatih yang bermain pragmatis untuk menang macam Jose Mourinho hingga Antonio Conte.

Supaya tujuan bermain menang tercapai, pelatih-pelatih itu tak segan-segan bermain cenderung bertahan dengan kemenangan tipis. Tak perlu main cantik, yang penting menang dan berujung pada gelar juara.

© INDOSPORT
Jose Mourinho saat masih menjadi pelatih Chelsea. Copyright: INDOSPORTJose Mourinho saat masih menjadi pelatih Chelsea.

Di masa Mourinho, bahkan Chelsea identik dengan permainan yang menumpuk banyak pemain di lini bertahan sambil menunggu untuk merebut bola dari lawan yang kemudian langsung melakukan counter attack kilat. Guyonan yang beredar di media sosial bahkan menyebut Chelsea dengan Tayo Fc yang menggambarkan taktik parkir bus.

Conte yang memiliki beberapa variasi dalam menyerang juga pada akhirnya tetap mengedepankan hasil permainan. Gaya bermain Juventus yang cenderung bertahan juga ikut dibawanya saat melatih Chelsea.

Sarrismo ala Sarri

© INDOSPORT
Mauruzio Sarri, pelatih Chelsea. Copyright: INDOSPORTMauruzio Sarri, pelatih Chelsea.

Namun, di musim ini ada rasa berbeda dari apa yang terjadi dengan Chelsea. Maurizio Sarri datang ke Stamford Bridge dengan filosofi Sarrismo. Gaya main yang dibangun dari belakang dengan mengandalkan kerja sama tim ini merupakan permainan yang sangat menghibur

Mantan pegawai bank itu memang lebih mengutamakan permainan cantik ketimbang hasil. Pep Guardiola sendiri pernah menyebut jika Napoli yang dilatih Sarri adalah salah satu tim tersulit yang pernah dikalahkannya.

Sebenarnya Sarri-ball dengan tiki-taka Guardiola hampir mirip karena pada prinsipnya menekan lawan dengan penguasaan bola. Namun ada dua inovasi yang dibawa oleh pelatih berkaca mata itu.

© INDOSPORT
Selebrasi para pemain Chelsea. Copyright: INDOSPORTGaya bermain Chelsea kini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Yang pertama adalah coming from behind yang dilakukan oleh seorang gelandang bertahan. Baik di Chelsea dan Napoli, peran itu diberikan ke Jorginho. Pergerakannya yang dapat muncul tiba-tiba diantara penyerang dan gelandang membuat penguasaan bola di sepertiga lapangan akhir dapat dipertahankan berkat kehadirannya.

Kedua adalah keunggulan jumlah pemain yang membuat mental pemain lawan menjadi ciut. Kehadiran Jorginho yang dapat bergerak mobile membuat Chelsea selalu kelihatan jumlah pemain dari setiap operan cepat segitiga yang dimainkan.

Saking krusilanya peran Jorginho di gelandang bertahan membuat N'golo Kante terpaksa bergeser ke gelandang tengah. Idenya mengubah posisi Kante juga brilian karena dirinya mampu merebut bola sedini mungkin serta memungkinkan Kante semakin aktif membuka ruang bagi pemain lain saat menyerang.

Pada dasarnya, sarrismo berfokus pada penguasaan bola yang tinggi, pergerakan cair dari trio penyerang, serta mengalirkan bola dengan cepat. Jorginho adalah otak permainan yang mampu menerjemahkan apa yang diinginkan oleh pelatih yang tidak bisa lepas dari rokok itu untuk mengubah mental bertahan Chelsea menjadi lebih menyerang.

45